Hidayatullah.com– Seorang perempuan Muslimah suku Hui, Xinjiang, China (namanya dirahasiakan demi keamanan yang bersangkutan) menceritakan tentang kondisi Muslim di Xinjiang. Ada banyak hal yang terjadi dan sangat mengerikan bagi Muslim di sana, kata dia. Tidak hanya suku Uighur yang mendapat perlakuan buruk dari pemerintah, tapi juga suku Hui.
Persoalan ini, menurutnya, adalah masalah besar dan terkait dengan politik. Ia menilai, pemerintah China ingin menghancurkan Islam di sana.
“So they persecutes Muslims. My family and relatives have also come under government pressure, what is the situation in Xinjiang currently is like culture revolution of the past. (Jadi mereka menganiaya Muslim. Keluarga dan kerabat saya juga mendapat tekanan dari pemerintah. Situasi di Xinjiang saat ini seperti revolusi budaya yang terjadi pada masa lalu),” ungkapnya kepada hidayatullah.com baru-baru ini dalam sebuah wawancara.
Baca: Pelajar Uighur di Turki dan Anak Gaza Dukung Aksi Indonesia Tekan China
Pemerintah, kata dia, telah menempatkan beberapa Muslim yang taat di penjara. Dan tak satu pun dari keluarga mereka dapat melihat mereka. “My uncle was in prison. Almost one year and haven’t come out of it yet. (Paman saya dipenjara. Hampir satu tahun dan belum keluar),” tuturnya.
Ia juga bilang, saat ini, tidak ada buku tentang Islam di rumah-rumah kaum Muslim di Xinjiang. Padahal, Muslim di sana, kata dia, tidak melakukan sesuatu yang salah. Mereka setiap hari pergi ke masjid untuk berdoa.
“Maybe you can not believe and understanding. But it is true, and happening. (Mungkin Anda tidak bisa percaya dan mengerti. Tetapi itu benar, dan terjadi),” ucapnya.
Ia dan Muslim di Xinjiang juga tidak bisa pergi ke luar negeri untuk belajar, terutama belajar di Universitas Islam. Karena itu, orang tuanya pindah tempat ke Guangzhou. Sehingga mendapatkan identitas baru serta paspor baru.
“That’s why I can continue study here. Otherwise I was in prison right now. (Itu sebabnya saya bisa terus belajar di sini. Kalau tidak saya di penjara sekarang),” ujarnya.* Andi
Baca: Pemerintah Jangan Seolah-olah Bisu, Tuli, Buta Terhadap Uighur