Hidayatullah.com–Jum’at, 18 Januari 2019, menjadi hari bersejarah bagi Dr. Imron Mustofa, M.Ud. pasalnya ia berhasil mempertahankan disertasi berjudul Gagasan Islamisasi Ilmu (Studi tentang Kerangka Metodologi INSISTS) di hadapan tim penguji dari Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.
Disertasi yang dipromotori Prof. H. Syafiq A. Mughni, M.A., Ph.D dan Dr. Ahmad Nur Fuad, M.A. ini membincangkan kerangka metodologi Islamisasi ilmu yang diusung INSISTS. Dengan asumsi dasar bahwa ada keterhubungan menyeluruh dan saling menguatkan antara worldview (cara pandang), tingkat keislaman dan keilmiahan bangunan keilmuan.
Dalam desertasinya, Imron menyampaikan bahwa islamisasi ilmu yang digagas INSISTS merupakan kelanjutan dari apa yang telah digagas oleh cendekiawan kontemporer, Prof. Naquib al-Attas, pendiri ISTAC Malaysia.
“Secara ontologis islamisasi ilmu INSISTS berkosentrasi pada mengekstrak konsep kunci mendasar, yaitu mencari ‘ma huwa’ (quiditas: esensi) dan kayf al-tariqah (bagaimana caranya) dari setiap Ilmu, ”demikian tegas alumni S1 dan S2 UNIDA Gontor ini.
Promovendus yang juga Alumni S1 dan S2 Unida Gontor ini setidaknya menkonfirmasi tiga kesimpulan. Pertama, Islamisasi ilmu yang digagas INSISTS ini merupakan gerakan dewesternisasi ilmu. Dengan asumsi dasar bahwa ilmu tidak bebas nilai, dan peradaban Barat dengan worldview sekularistik dan dualistik yang mewarnai perkembangan ilmu, maka ia harus diislamkan.
Kedua, proses islamisasi ilmu, sebagaimana diutarakan al-Attas, dilakukan melalui dua tahap; diawali dengan perumusan worldview Islam sebagai prinsip, diakhiri dengan induksi nilai-nilai keislaman dan sekaligus eliminasi unsur-unsur yang berlawanan dengan konsepsi Islam. Secara metodis, pelaksaannya dilakukan dalam lima pendekatan sekaligus; filosofis, historis, filologis, apologetis dan praktis.
Terakhir, ilmu islami adalah ilmu yang berbasis nilai-nilai Islam. Ilmu merupakan sifat seorang alim, dalam arti ia merupakan pantulan dan pengejawantahan worldview Islam saintis, yang mana itu implementasi dari aqidah, syari’ah, dan akhlak.
Secara konseptual, menurut Imron, islamisasi ilmu INSISTS sejatinya islamisasi framework berfikir (nalar personal). Adapun secara epistemologis, islamisasi menjunjung prinsip keterhubungan arsitektonik (architectonic whole) dari struktur dari struktur pemikiran worldview, kalam, fiqh, serta politik dan kemasyarakatan.
“Secara aksiologis, islamisasi ilmu memandang ilmu harus berbasiskan nilai-nilai spiritual dalam Islam,” lanjut dosen STAI YPBWI Surabaya ini.
Berkat penelitian ini, Dr. Mukhammad Zamzami, M.Fil.I. sebagai salah satu tim penguji, memberikan apresiasi kepada promovendus dari aspek teknisnya. “Anda tampak sangat menguasai materi. Teknis penulisan juga bagus. Anda berpotensi menjadi penulis yang baik di masa mendatang.”
Prof. H. Syafiq A. Mughni, M.A., Ph.D, selaku promotor dan penguji, di akhir kesannya menambahkan bahwa ia tidak banyak berkontribusi dalam disertasi. Melainkan dengan kegigihan promovendus dan kerja kerasnya lah disertasi ini selesai dengan baik.
Hadir dalam ujian terbuka ini selain dosen dari UINSA dan kampus sekitar, juga dihadiri oleh teman-teman Imron dari UNIDA.
Dengan selesainya ujian tersebut berarti Imron Mustofa, M.Ud berhak menyandang gelar doktor ke 453 UINSA Surabaya.*/Bahrul