Hidayatullah.com– Memasuki masa tenang jelang Pemilihan Presiden 2019 saat ini, sebuah kisah pernikahan di Palembang, Sumatera Selatan, memberikan pelajaran politik.
Pilihan politik bisa saja berbeda, tetapi hati yang telah menyatu tak terpisahkan. Abul Hasan Al Asy Ari, sang calon mempelai laki-laki yang merupakan pendukung Joko Widodo, menyunting Lisa Novita Sari, seorang Muslimah pendukung fanatik Prabowo Subianto.
Memang, berbeda pilihan itu biasa. Perbedaan sikap politik bukanlah alasan untuk memecah bangsa. Meskipun pada kenyataannya, tak sedikit komunitas terbelah akibat beda pilihan pada Pilpres 2019.
Ari, fanatis Jokowi, mengungkapkan, ia dan Lisa akan melangsungkan pernikahannya pada 20 April 2019, pasca hari pemungutan suara nanti yang digelar pada Rabu, 17 April 2019.
“Ini sengaja kami pilih karena tidak ada hiruk-pikuk politik dan ini menunjukkan bahwa kami selalu damai walaupun berbeda pilihan,” ujarnya.
Undangan pernikahan tersebut sudah menyebar. Desain undangannya berlatar belakang merah putih. Ari berpose dengan jempol (satu jari), mencantumkan logo dukungan capres 01 dengan tulisan Jokowi-Amin. Sementara Lisa mengacungkan dua jari berbentuk pistol. Tak lupa lambang garuda merah bertuliskan Prabowo-Sandi.
“Pilihan memang soal hati. Saya memilih Jokowi, si doi pilih Prabowo. Tapi kami tetap sepakat menyatukan hati (menuju pelaminan),” kutipan dalam undangan tersebut.
Ari dan Lisa hanya ingin menyampaikan pesan perdamaian. Perbedaan pandangan politik bukan untuk saling menjatuhkan, melainkan untuk bisa menyatukan dalam kehidupan, guna perbaikan masa depan.
Lisa mengungkapkan, ketika menyampaikan ide kepada keluarga, sempat ditentang dan ditertawakan. Namun, setelah dijelaskan, keluarga pun menyetujui.
“Kami berharap KPU dan Bawaslu, Kepolisian juga tidak hanya mengawasi tahapan Pemilu Serentak 2019 namun juga menebarkan virus perdamaian dan persatuan demi terus tegaknya NKRI, “ujar Lisa kutip INI-Net.
Ari menuturkan, sebelumnya mereka kebingungan soal persiapan di tengah waktu yang semakin dekat, dimana persiapan undangan belum selesai. Ketika masuk percetakan tak sangup menyelesaikan pada tanggal 20 April.
Dalam keadaan bingung itulah, muncul ide agar mendesain sendiri undangan dengan tampilan lebih sederhana bertemakan Pilpres 2019.
“Kami hanya merasa prihatin saja dengan keadaan politik sekarang ini, dimana perpecahaan antarpendukung sangat kuat mulai dari dunia nyata hingga ke media sosial, dan akhirnya muncul ide membuat undangan karena kami juga berbeda pilihan,” Ari menerangkan.
Saat undangan ini menyebar, banyak yang merespons positif, baik dari teman, kerabat, maupun yang ke media sosial.
“Kami sebenarnya hanya menyampaikan, jangan sesama saudara kita menjadi perpecahan karena pilihan presiden yang berbeda. Mari kita ambil hikmah positif untuk bisa saling menghormati, pilihan itu soal hati saya pilih Jokowi dan si Doi pilih Prabowo,” tutur Ari.*