Hidayatullah.com–Pernyataan pihak Mabes Polri soal penyebab tewasnya tukang ojek bernama Darpin Saiman yang memicu kerusuhan Ambon (9/11/2011) lalu masih sulit diterima pihak keluarga.
Hal itu diungkapkan oleh sepupu Darpin, Irfan Djokja, saat ditemui hidayatullah.com di rumah duka di daerah Waihaong, Ambon, Sabtu (17/09/2011), kemarin.
“Kita tidak percaya dia (Darpin) tewas karena kecelakaan lalu-lintas,” kata Irfan.
Sebab, katanya, terdapat sejumlah kejanggalan pada tubuh korban. Seperti sebuah bekas luka tusuk yang dijahit di pundak dan juga di kaki kiri korban. Sobekan seperti tusukan juga terlihat di baju korban yang bersimbah darah.
“Padahal, sepedar motor dan helm dia tidak rusak,” ujar Irfan.
Kata Irfan, sebenarnya pihak keluarga Pino (panggilan akrab korban), sudah enggan untuk menemui pihak-pihak yang ingin menanyakan kasus tersebut. Selain karena kecewa dengnan keterangan Polri yang mengatakan Pino tewas karena kecelakaan murni, ternyata pihak Kepolisian juga telah mewanti-wanti keluarga mendiang agak tidak bercerita kepada siapa pun.
Namun Irfan masih bersedia memberi keterangan kepada hidayatullah.com.
Irfan menjelaskan, sebenarnya keluarga ingin memakamkan Pino secepatnya hari Ahad (11/9/2011) lalu. Karena ada sejumlah luka yang janggal di tubuh korban, dia meminta pemakaman ditunda agar kejanggalan itu bisa dilaporkan dan diperiksa kepolisian.
Katanya, Kapolres Kota Ambon Joko Susilo sempat berkunjung ke rumah duka sesaat sebelum Pino dimakamkan. Namun, saat diminta untuk memeriksa jenazah, Kapolres mengatakan hal itu tidak perlu karena telah diatasi oleh Kasat Lantas dan akan diperiksa oleh ahli. Bahkan, kata Irfan, Kapolres enggan melihat jenazah.
Yang membuat keluarga dan masyarakat kecewa dan marah, kata Irfan, karena secara tiba-tiba Mabes Polri mengatakan Pino telah diotopsi dan tewas karena kecelakaan tunggal murni.
“Padahal, kalau Polisi bilang penyebab kematian masih diselidiki apakah karena kecelakaan atau karena dibunuh, masa tidak akan marah,” kata Irfan.
Irfan mengatakan, pihak keluarga juga tidak mau kematian Pino dinilai menjadi pemicu konflik. Tapi keluarga juga tidak bisa melarang masyarakat yang menunjukkan solidaritas akan kematian sepupunya itu.*