Hidayatullah.com– Ketua Umum Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang juga koresponden Kantor Berita Turki Anadolu Agency di Indonesia Muhammad Pizaro mengatakan, saat mengunjungi Suriah tahun 2013 lalu banyak menemukan fakta di lapangan yang seringkali menjadi propaganda di media.
Ia menjelaskan, saat itu JITU mengirimkan wartawan untuk menjawab kebingungan di tengah publik apa yang sebenarnya terjadi di Suriah.
Pizaro bercerita, selama 5 hari di Suriah, ia tidak mandi, karena tidak ada air dan listrik. “Gelap total,” ujarnya dalam diskusi bertema ‘Tujuh Tahun Konflik Suriah’ di Hotel Gren Alia, Jakarta, Sabtu (07/04/2018).
Baca: Wartawan TV Hungaria yang Jegal Pengungsi Suriah Dihukum
Selain itu, tambahnya, ketika berada di sana ia seringkali mendengar bom. Pizaro menuturkan, suatu waktu saat sedang wawancara dengan penduduk setempat, jatuh bom sekitar 50 meter dari tempatnya berada.
“Belum pernah dengar petasan di Indonesia sebesar itu. Padahal itu katanya adalah bom skala kecil. Saya terkejut sampai loncat dari tempat duduk, tapi warga Suriah yang sedang saya wawancarai itu biasa saja, tidak beranjak sama sekali,” imbuhnya.
Pizaro melanjutkan, ia juga sempat diperlihatkan beberapa selongsong peluru-peluru yang ditemukan yang digunakan untuk menyerang warga sipil dengan dalih menyerang Mujahidin.
Bahkan, peluru bekas itu digunakan untuk pot bunga atau mainan anak-anak.
“Tapi selalu mengelak bahwa peluru-peluru itu milik rezim, menuding itu milik pemberontak (Mujahidin, Red). Fakta di lapangan yang saya temukan warga sipil tidak memiliki apa-apa, oposisi juga tidak memiliki senjata canggih, karena itu datangnya dari udara,” tandasnya.
Baca: Wartawan Freelance Suriah: Sedikit Uang, Lebih Banyak Bahaya
Pizaro mengungkapkan, kesepatakan genjatan senjata sendiri banyak dilanggar rezim, dan serangan kepada rakyat sipil atau oposisi tetap terjadi.*