Hidayatullah.com- Ada 3 hal prinsip yang bisa menjadi modal untuk tetap bertahan di tengah krisis saat ini, menurut Presiden Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono. Prinsip pertama, menggunakan kekuatan konsumsi.
“Kita bisa membangun ekonomi di tengah-tengah krisis hari ini sebetulnya, apalagi kalau tidak krisis. Dengan apa? Dengan menggunakan kekuatan konsumsi sebagai modal utama membangun ekonomi,” ujar Heppy dalam diskusi daring bertajuk “Mencetak 10.000 Wirausahawan Mandiri dan Berdaya Guna” penghujung pekan kemarin.
Jadi, jelas Heppy, kalau kapitalis menggunakan kekuatan kapitalnya menguasai semua hal. Nah, hari ini, kita menggunakan kekuatan konsumsi. Kenapa?
“Ada satu konsep yang sangat sederhana yang jarang dipahami bahwa pengeluaran seseorang adalah pendapatan bagi orang lain, total pengeluaran berpengaruh pada ekonomi, dan total pendapatan akan menuju pada pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
“Sebenarnya, ketika kita itu mengeluarkan, di sebelah kita ada pendapatan. Nah, bayangin, kalau kita setiap hari beli beras, kita tidak peduli saudara kita jualan beras, kita malah belinya ke tempat lain. Sebetulnya kedzaliman ini kita ciptakan sendiri. Membeli di luar keluarga kita sementara keluarga kita ada, itu adalah kedzaliman karena kita sedang memboikot mereka untuk tidak mendapatkan pendapatan,” jelas pendiri gerakan Beli Indonesia ini
Prinsip yang kedua yaitu membangun ekonomi berbasis komunitas. Heppy menerangkan, saat ekonomi melemah dan negara melemah, maka ada satu yang menguat yaitu komunitas.
“Anda kalau lihat ada bencana alam, ketika negara belum melihat dan hadir di situ, yang namanya komunitas sudah masuk lebih dulu. Apalagi di Indonesia. Urusan politik pun diselesaikan oleh komunitas,” ujarnya.
Ekonomi komunitas ini, jelasnya pada acara webinar ketiga pra Munas Hidayatullah itu, termasuk yang tidak pernah dibahas. Maka, menurut Heppy, bagi ormas Hidayatullah membangun ekonomi berbasis komunitas adalah peluang, karena di dalamnya solid dengan kesatuan pandangan yang sama dan diikat dalam satu keluarga yang sama.
“Di sana ada konsumsi yang bisa dikendalikan,” katanya.
Prinsip yang ketiga yaitu memanfaatkan revolusi digital untuk “menyalip di tikungan”. Krisis yang terjadi saat ini dinilainya sebagai tikungan. Heppy menerangkan, hari ini kita diuntungkan dengan apa yang disebut dengan revolusi digital. Biasanya dalam pemerintahan menggunakan istilah revolusi industri. Industri 4.0 adalah hasil revolusi digital.
Menurutnya, revolusi pertama ditandai dengan temuan mesin uap. Revolusi kedua ditemukannya production line (produksi massal). Revolusi ketiga adalah otomasi. Adapun revolusi keempat adalah digital. Ciri-ciri revolusi, kalau memanfaatkannya, maka akan meningkatkan produktifitas berlipat-lipat luar biasa.
“Hari ini, dengan revolusi digital, bisnis itu tidak serumit zaman dulu. Dulu kalau ingin punya pabrik dan jualan seluruh Indonesia, anda harus punya pabrik sendiri, armada sendiri, yang kekuatan modalnya luar biasa. Tapi, Anda lihat, dengan revolusi digital, membuat bisnis tidak serumit dulu dan bisa disambung-sambung dengan kekuatan yang lain,” urainya.
Dari ketiga prinsip itu, Heppy menarik garis penekanan bahwa sebenarnya umat memiliki modal cukup untuk bisa tetap tegak meski sedang dalam kondisi krisis apalagi masa pandemi Covid-19 saat ini. Heppy menilai saat ini sudah terjadi krisis. Adapun pandemi yang terjadi justru mempercepat krisis tersebut.
Mengambil tajuk webinar itu, Heppy menilai, kalau bertanya dari mana memulai mencetak 10.000 pengusaha, sebetulnya pertanyaan besarnya juga bagaimana membuat tumbuhnya ekonomi.
Baca: Heppy Trenggono: Orang-orang Yahudi Belanja di Toko yang Menjual Produk-produk ‘Israel’ di AS
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Dewan Penasihat Aosiasi Pengusaha Hidayatullah (APHIDA) Asih Subagyo dan dipandu oleh Musliadi Raja yang juga pengusaha kuliner.
Sebagai informasi, hari ini, Senin (28/09/2020) sore, panitia Munas V Hidayatullah mengagendakan webinar keempat dengan tema “Transformasi Organisasi Islam, Peluang & Tantangan Era Digital”. Pematerinya yaitu Suharsono sebagai Direktur Lembaga Studi Islam & Peradaban dan Ubedillah Badrun selaku akademisi, analisis sosial politik dan aktivis gerakan mahasiswa. Webinar ini diagendakan pada pukul 16.00-17.30 WIB dan publik dapat menyaksikan langsung via live streaming di kanal Youtube Hidayatullah.ID. Sedangkan Munas V akan digelar pada 29-31 Oktober 2020 secara virtual.* (Ainuddin)