Hidayatullah.com — Rekaman video menunjukkan seorang fotografer media India menyerang mayat seorang pria Muslim yang sudah tergeletak tak berdaya setelah ditembak polisi di negara bagian Assam, India. Rekaman viral itu menyulut kegeraman dan protes diberbagai belahan dunia
Menanggapi kejadian itu, Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI, Bunyan Saptono meminta pihak berwajib India senantiasa menjunjung tinggi prinsip Hak Asasi Manusia.
“Masalah itu terkait dengan protes masyarakat penggusuran. Polisi harus mematuhi standar HAM internasional dalam menangani aksi protes,” ujar Kiai Bunyan saat dihubungi Hidayatullah.com, Senin (27/09/2021).
Kiai Bunyan mengatakan bila ada pemrotes melakukan serangan, aparat India sedapat mungkin harus melumpuhkan penyerang, bukan menembak mati. Menurut berita selanjutnya, kata dia orang yang menginjak-injak korban itu telah ditangkap polisi.
“Siapapun korbannya, baik itu muslim ataupun bukan, polisi harus segera mengamankan korban, bukan membiarkan orang memukul dan menginjak-injak korban. Ini jelas pelanggaran HAM,” terangnya.
Bunyan juga menyatakan bahwa pihaknya sudah menanyakan kejadian tersebut ke Menteri Luar Negeri Indonesia. ”Saya telah menghubungi Kemlu RI (dhi Direktur Asia Selatan). Beliau masih menunggu laporan dari KBRI New Delhi mengenai hal itu,”terangnya.
Untuk diketahui, populasi Muslim Assam adalah 1/3 dari 30 juta orang, yang merupakan populasi Muslim terbesar kedua dalam hal persentase, setelah Kashmir. Yasmin Saikia Ketua Hardt-Nickachos dalam Studi Perdamaian & Profesor Sejarah, Universitas Negeri Arizona menuliskan bahwa muslim Assam adalah komunitas gabungan yang dibentuk oleh setidaknya empat kelompok berbeda.
Muslim-Axamia (juga disebut Goriya, Tholua atau Khilonjia), berbahasa Bengali atau Bhotia, pedesaan atau Juluha (dari UP dan Bihar), dan Muslim imigran, dipanggil Miya, dilansir oleh Outlook India.*