Hidayatullah.com—Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir mengingatkan elite politik untuk mengedepankan jiwa kenegarawanan yang luhur. Ia mengatakan, elite yang berselancar sekehendak hati akan melahirkan resiko dan banyak tragedi.
“Jangan berselancar politik sekehendaknya, sebab resikonya besar dapat memproduksi tragedi negeri,” ujar Haedar dalam artikel berjudul ‘Seksama Bernegara’, Selasa (12/4/2022) di laman muhammadiyah.or.id. “Jangan ada aktor yang bertindak semaunya seolah Indonesia dalam genggamannya. Ibarat perahu besar, negeri Nusantara ini harus dicegah dari ulah salah kaprah model umat Nabi Nuh yang melubangi perahu mengancam keselamatan bersama,” tulisnya.
Menurut Haedar, konstitusi dan Pancasila mesti dijaga bersama agar tidak disiasati yang merusak prinsip demokrasi dan integrasi negeri. “Di sinilah pentingnya kehadiran para pemimpin negeri nan arif bijaksana yang bermahkotakan ketulusan, kejujuran, kesahajaan, dan keteladanan. Para pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya secara lahir dan batin!”
Ia juga mengingatkan para elite berbagi untuk negeri dan menjauhi hasrat dan sikap berlebihan yang dapat mengancam masa depan Indonesia tercinta. “Berhentilah bertindak semaunya, menganggap ringan masalah, dan saling memaksakan kehendak. Semua pihak terutama elite negeri dengan jiwa kesatria menghindari sikap-tindak seakan negeri ini menjadi urusannya sendiri,” katanya.
Bahwa hitam-putih Indonesia seakan tergantung “aku” atau “kami”, seraya mengoyak relasi “kita” yang mengindonesia. Ia mengutip pesan Bung Karno, bahwa Indonesia itu milik bersama, bukan milik diri dan golongan sendiri.
“Maka, semua pihak wajib seksama bersama dalam berbangsa-bernegara!”
Menurutnya, para pendiri negeri dan seluruh rakyat telah berkorban jiwa raga untuk Indonesia merdeka. Pasca 1945 hingga kini Indonesia mengalami dinamika pasang surut kehidupan yang sarat perjuangan yang tidak mudah.
Kemajuan, tantangan, dan masalah datang silih berganti. Pada dua momentum besar 1965 dan 1998 terjadi tragedi untuk kemudian bangkit kembali dengan melakukan pembangunan dan reformasi. “Alhamdulillah Indonesia masih tegak berdiri meski dilanda pandemi dan sejumlah masalah negeri. Maka jangan korbankan negeri yang diperjuangkan susah payah ini dengan ulah salah kaprah dan sekehendaknya dengan mempertaruhkan keberadaan dan masa depan Indonesia.”
Menurutnya, Indonesia sejatinya dapat menyelesaikan masalah-masalah berat yang dihadapinya, sekaligus bertumbuh menjadi negara maju. “Syaratnya agar semua pihak memiliki kehendak kuat menyelesaikan masalah-masalah bangsa dan mengkapitalisasi potensi kemajuan dengan seksama secara bersama-sama di atas kesadaran kolektif yang tinggi. Seraya tidak menambah masalah baru yang membikin kontroversi dan mengancam keutuhan negeri.”
Indonesia menurutnya berpotensi maju di masa depan. Hanya saja sayangnya, masa depan Indonesia seringkali terganggu atau rusak karena turbulensi politik yang diakibatkan ulah sembarangan dari segelintir aktor dan pihak yang merasa digdaya.
Di tambah lagi keluguan dan sebagian kebodohan warga yang mudah terpolitisasi. “Akibatnya timbul kegaduhan nasional, yang tentu tidak dikehendaki bersama.”
Lebih jauh, ia mengajar warga Indonesia belajarlah hikmah dari sejumlah peristiwa pahit masa lalu agar tidak berulang kembali. “Barangsiapa yang diberi hikmah, dia akan memperoleh kebajikan yang banyak di sisi Tuhan. Bangun dialog semua pihak dengan jujur, terbuka, dan rendah hati. Bila masalah telanjur pecah, carilah konsensus bersama demi masa depan milik bersama. Jangan beri ruang para pembuat masalah,” ujarnya.*