Hidayatullah.com— Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir mengatakan pembangunan Museum Muhammadiyah rencananya akan menjadi wajah bagi sejarah persyarikatan dan etalase utama dari sejarah Muhammadiyah, yang mengungkap jejak penting dari perjalanan organisasi besar ini.
”Dulu kita tidak pernah punya pemikiran untuk membuat museum, maka sejak awal ketika Pak Muhajir jadi menteri saya bersama dia untuk mewujudkan ini di sini di samping Institut Tabligh yang kemudian program ini diteruskan oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) termasuk pembiayaannya,” ungkap Haedar saat membuka gelaran Muhammadiyah Jogja Expo #2, Rabu (6/10/2022) lalu.
“Ini kolaborasi dari relasi kita dengan pemerintah dengan kemandirian Muhammadiyah dan ini akan menjadi tonggak dari perjalanan Muhammadiyah yang itu tidak hanya wujud fisik tetapi merupakan api dari perjalanan awal Muhammadiyah di Kauman, DIY,” sambungnya.
Syiar Islam
Menurut Haedar, nantinya kehadiran museum ini bisa dimobilisasi banyak hal. Misalkan cabang-cabang pertama setelah Kauman, Kotagede, Srandakan, Moyudan, nanti bisa digali kembali dan bila perlu nanti ada program untuk merehabilitasi bila perlu ada gedung-gedung yang lama sisa itu untuk jadi bagian. “Hal ini karena Muhammadiyah selama ini kering penghargaan terhadap sejarah terhadap dirinya. Ternyata masih banyak yang belum tahu dimana letak makam Kiai Dahlan, di samping Kiai Dahlan juga banyak yang tahu. Padahal yang ziarah banyak dari luar,” imbau Haedar.
Ziarah, kata Haedar, termasuk sunnah Rasulullah ﷺ. Dengan berziarah kita melaksanakan sunnahnya. Jadi tidak ada salahnya bahkan baik bagi Muhammadiyah untuk ziarah ke makam Kiai Dahlan dan para tokoh Muhammadiyah dan Insyaa Allah tidak akan mengekeramatkan kuburannya,” ujarnya
Menurut Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Widiyastuti keberadaan museum dianggap penting sehingga jejak dan bukti perjuangan Muhammad tidak hilang, dilupakan atau diabaikan. “Muhammadiyah sudah memasuki periode abad kedua sehingga jejak-jejak peninggalannya harus didokumentasikan untuk nantinya dikabarkan pada generasi berikutnya,” ucap Widya dalam Gerakan Subuh Mengaji pada Senin (10/10/2022) dikutip laman resmi Muhammadiyah.
Widya menuturkan bahwa Museum Muhammadiyah memiliki visi agar menjadi ruang yang menyajikan sejarah Muhammadiyah dalam peran keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Museum juga dibuat sebagai media informasi, transformasi nilai, edukasi, dan rekreasi.
Karena itulah, misi dari pembangunan Museum Muhammadiyah, salah satunya: mengumpulkan, merawat, dan melestarikan benda, dokumen, dan arsip sejarah, peran, dan dinamika Muhammadiyah. Sementara itu, tujuan adanya Museum Muhammadiyah ini sendiri untuk memberikan informasi yang komprehensif kepada publik mengenai sejarah dan peran Muhammadiyah.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Semoga dengan adanya Museum Muhammadiyah ini bermanfaat menjadi medium edukasi, rekreatif, inovatif, imajinatif, dan transformatif,” ucap Widya.
Untuk diketahui, museum Muhammadiyah dibangun di kompleks Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Museum ini menjadi etalase sejarah dan dinamika pergerakan dakwah Muhammadiyah di masa lalu, masa kini, dan rencana Muhammadiyah di masa depan, kata Widya.
Di antara ragam aktivitas Museum Muhammadiyah adalah: pameran, penelitian, diskusi, edukasi, dan entertainment. “Dengan adanya aktivitas ini, diharapkan menjadi sebuah pendorong yang membawa kemaslahatan bagi bangsa dan agama, ” ujarnya.
Museum Muhammadiyah akan dibuka secara umum, ramah anak dan lansia. Peletakan pertama pembangunan Museum Muhammadiyah ini telah dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo pada hari Sabtu, 22 Juli 2017.*