Hidayatullah.com—Kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama(PBNU) KH Muhammad Idrus Ramli mengingatkan gara-gara banyak kepentingan sesaat dan kepentingan di luar perjuangan NU, Muktamar NU ke-33 berjalan alot.
“Saya harap para muktamirin sadar bahwa NU ini didirikan oleh KH. Hasyim Asyari untuk memprjuangan Ahlus Sunnah wal Jamaah,” ujarnya di hadapan wartawan peliput Muktamar NU ke-33 di Media Center, Senin (03/08/2015).
Menurutnya, NU saat ini harus diselamatkan dari penyerobotan orang yang berbaju NU tapi tidak mencerminkan Ahlus Sunnah.
“NU ini Ahlus Sunnah wal jamaah yang mengajarkan untuk bermadzhab, bukan liberal,” ujar kiai asal Jember ini.
Pria yang akrab disapa Gus Idrus ini mengidamkan NU yang murni sebagai organisasi massa Islam berbasis dakwah, pendidikan dan sosial sebagaimana awal berdirinya.
“Saya menghendaki NU kembali pada tujuan awal berdirinya yaitu murni sebagai organisasi massa berbasis dakwah, pendidikan, dan sosial,” kata Gus Idrus.
Dirinya menghendaki pemberdayaan pondok pesantren, sekolah dan universitas milik NU sebagai tempat kaderisasi, sehingga tidak terjadi penyerobotan oleh oknum Nahdliyin.
Atas dasar itu, Gus Idrus mengaku didorong kiai kiai pesantren dan dicalonkan menjadi Ketum PBNU untuk menyelamatkan NU.
Menanggapi pertanyaan wartawan yg mempertanyakan jumlah dukungan kepadanya ia meyakinkan bahwa Insya Allah jumlah dukungan telah sampai kuota.
Terkait dengan situasi terkini Muktamar NU di Jombang yang masih terjadi pro kontra konsep musyawarah mufakat (ahlul halli wal ‘aqdi/AHWA) untuk memilih Rais ‘Aam, Idrus menyatakan bahwa apapun sistemnya harus disepakati muktamirin.
“Saya kira muktamirin harus mulai meninggalkan kepentingan pribadi atau di luar NU”, tegasnya.
Ia menerangkan, sebenarnya ketua pengurus wilayah dan pengurus cabang itu sudah AHWA. Adapun yang sekarang yang mau ditawarkan tidak perlu.
“Ketua cabang itu sudah anggota AHWA. Kalau dibentuk lagi itu nanti penyempitan AHWA,” ujarnya.*