Hidayatullah.com – Terbongkarnya sindikat kriminal prostitusi anak untuk kaum homoseksual semakin membuka tabir betapa kampanye lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) kian massif dan menggejala.
Guru Besar Departemen Ilmu Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB), Euis Sunarti, mengatakan peristiwa tersebut menegaskan bahwa perilaku menyimpang dari LGBT hendaknya terus diwaspadai.
“LGBT adalah puncak manusia memperturutkan hawa nafsunya, menginjak injak kesadaran kemanusiaanya sebagai mahluk ciptaan Tuhan, melecehkan agama dan tuhannya,” kata Euis Sunarti kepada hidayatullah.com dihubungi dari Jakarta, Kamis (01/09/2016).
Mengerikan! 99 Anak Jadi Korban Eksploitasi Prostitusi Kaum Homo
Euis menuturkan, gerakan LGBT di Indonesia diusung organisasi-organisasi dan didukung perorangan, ingin menjadikan negara Indonesia liberal yang menganut kebebasan tanpa batas dan sekuler dengan memisahkan agama dalam kehidupan keseharian
“Masa kita biarkan. Masa kita diam. Masa kamu dukung,” tegasnya.
Indonesia, lanjut Euis, adalah negara beradab dibangun oleh individu, keluarga, dan masyarakat beradab.
“Peradaban umat manusia terbangun karena mengakui dan menerima aturan dan pengaturan-pengaturan dalam kehidupannya,” terangnya.
Karenanya, lanjut dia, LGBTIQ adalah puncak nafsu kebebasan manusia menolak aturan-aturan dan pengaturan kesusilaan yang bersumber dari aturan agama.
“Menjadikan agama sebagai “musuh” masa kita biarkan? Masa kita diam ? Masa kamu dukung,” pungkasnya menegaskan.
Korban tertekan
Sementara itu Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam keterangannya di Gedung DPR, Senayan, Kamis (01/09/2016) ini mengatakan sejumlah korban sedang dalam penanganan psikologis di rumah perlindungan anak Kemensos.
Khofifah mengatkan kondisi terkini 7 anak korban prostitusi online untuk kalangan homoseksual itu masih dalam tahap pemulihan mental.
Terasa miris ketika Mensos menyebutkan sejumlah korban tersebut mengaku menginginkan kebahagiaan di rumah. Konflik rumah tangga disebut menjadi pemicu anak-anak ini akhirnya berkelakuan menyimpang.
“Ada yang menyampaikan, misalnya, sampai umur 13 tahun dia bahagia, rumahnya seperti surga, setelah itu di rumah itu sering berantem. Setelah itu tidak ada orang di rumah yang mau mendengarkan dia. Sampai suatu saat ada yang mau mendengarkan keluhan dia dan mengajak dia dan seterusnya,” sambung dia.
Mensos mengatakan sindikat prostitusi online untuk kamu homo ini terbilang baru. Karenanya dia berharap polisi dapat membongkar kasus ini dan mengungkap pihak-pihak yang terlibat.
“Ini baru ya saya rasa. Jadi lewat cyber patrolnya Bareskrim, bisa dirunut karena ini prostitusi anak yang disiapkan untuk kaum gay,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan anggota Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri membongkar praktik prostitusi homo online yang melibatkan anak di bawah usia pada salah satu hotel di Jalan Raya Puncak KM 75 Cipayung Bogor Jawa Barat pada Selasa (30/08/2016) lalu.