Hidayatullah.com– Banyak pasien korban gempa bumi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Namun, menurut Islamic Medical Service (IMS), banyak para pengungsi enggan untuk dirujuk dan lebih memilih bertahan di posko bersama keluarga dan orang-orang terdekat.
Selain lebih percaya dengan pengobatan tradisional (bagi yang patah tulang), mereka merasa penanganan medis yang diterima telah dirasa cukup.
“Padahal untuk beberapa kasus tertentu, misalnya pasien dengan luka besar dan butuh ruangan yang steril untuk perawatan sehingga tidak akan terjadi infeksi,” ujar Direktur IMS Imron Faizin yang terjun langsung ke lokasi gempa di NTB kepada hidayatullah.com akhir pekan kemarin.
Baca: Aksi Medis di Lombok, IMS: Pengungsi Belum Dapat Bantuan
Untuk kasus pasien yang enggan dirujuk tersebut, IMS tetap melakukan pendampingan dan pemantauan secara intens. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti seperti terjadinya infeksi atau luka semakin parah tidak terjadi.
IMS memutuskan pembagian tim medis menjadi 2 tim. Satu tim berada di posko utama yang terletak di Desa Cupek, Kecamatan Sigar Penjalin, Lombok Utara. 1 tim lagi melakukan layanan secara mobile atau keliling.
“Tim yang bertugas di posko utama maupun yang keliling terdiri dari dokter, perawat, obat-obatan, dan alkes lainnya,” ujarnya.
Untuk layanan medis secara keliling, posko pengungsi pertama yang dikunjungi berjarak sekitar 200 meter dari posko utama.
Ditemukan berbagai macam keluhan pengungsi di tempat ini, mulai dari patah tulang, luka-luka ringan, luka yang telah terinfeksi, demam pada anak, sesak napas akibat debu, diare, dan penyakit lainnya.
Baca: Pertamina-MTT-IMS Gelar Hapus Tato Gratis Napi Nusakambangan
Di pengungsian ini yang berobat sekitar 26 orang. Tim medis IMS pun melanjutkan pelayanan i pengungsian ke-2, yang berjarak sekitar 400 meter dari posko utama.
Di sini terdapat sekitar 1.000 orang pengungsi. “Dan di sini ada sekitar 85 orang yang berobat dengan berbagai macam keluhan.”
Aksi dilanjutkan ke posko pengungsian yang berjarak 1 km dari posko utama. Yaitu di Dusun Karong Montong, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Tanjung. Pada posko ini terdapat pengungsi sekitar 600 orang.
“Sesampainya di posko, kami langsung melayani layanan kesehatan pengungi. Dengan berbagai macam keluhan, dan didominasi dengan luka luka ringan, diare, migrain, hypertensi, dan lain-lain. Layanan mobile terus dilakukan dengan mendatangi posko-posko pengungsian dan tempat-tempat lainnya yang belum terjangkau medis.”
Dilaporkan oleh dr Fauzan Azhar dari IMS, selama masa tanggap darurat, tim medis menangani beberapa kasus kesehatan pasca gempa bumi kepada anak-anak dan orang dewasa.
Dokter Fauzan juga menerangkan, kebanyakan pengungsi masih mengalami trauma dan cemas akibat gempa susulan yang terus terjadi di Lombok.
“Sejauh ini pengobatan yang kita lakukan meliputi operasi kecil dalam hal ini tindakan menjahit terhadap pasien yang luka-luka, merawat luka dengan membersihkan dan mengganti perban, memeriksa satu-persatu pasien, dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka serta memberikan obat yang dibutuhkan,” ujar dr Fauzan.
Tim Medis IMS juga menemukan beberapa kasus ISPA pada beberapa warga terdampak, khususnya anak-anak karena faktor cuaca dan udara yang dingin.
Berdasarkan catatan IMS di lapangan, sampai saat ini bantuan medis telah diberikan kepada para pengungsi yang berada di Kabupaten Lombok Utara. Terdiri dari pengungsi di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Tanjung, Kecamatan Gangga, dan Kecamatan Pemenang.
Adapun jumlah penerima bantuan medis sejumlah 775 pasien dengan rincian: Laki Laki dewasa 175 orang, perempuan dewasa 358 orang, anak laki-laki 103 orang, dan anak perempuan 134.
“Untuk fase tanggap darurat, tim medis IMS akan terus memberikan pendampingan dan layanan kesehatan terhadap para warga korban bencana gempa Lombok sampai dengan tanggal 17 Agustus 2018,” ujar Imron.
Baca: Masih Banyak Koban Luka, Tim Relawan Medis Siaga 24 Jam
Selanjutnya akan dilakukan evaluasi kembali terkait tindakan-tindakan medis yang diperlukan. Tidak menutup kemungkinan recovery (pemulihan) pasca bencana juga akan tetap terus dilakukan.
Selain tindakan dan pendampingan secara medis sangat dibutuhkan para pengungsi, kebutuhan-kebutuhan lainnya juga tidak kalah penting.
Di antaranya dapur umum/makanan siap saji, air bersih/air mineral, personal hygiene (sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, deterjen, pembalut wanita, popok bayi), asupan gizi (susu, vitamin, dan lain-lain), tenda komunal, perlengkapan rumah tangga, pakaian, sarung, dan selimut serta perlengkapan sekolah.*