Hidayatullah.com– Kawasan eks lokalisasi Dolly dan Jarak di Surabaya, Jawa Timur, selama ini dirasakan sudah kondusif baik secara moral, sosial, maupun ekonomi, dan sebagainya setelah kompleks pelacuran itu ditutup Pemerintah Kota Surabaya bertahun-tahun yang lalu.
Jarak dan Putat Jaya -nama baru bagi Dolly, terang Sekjen Gerakan Umat Islam Bersatu Jawa Timur (GUIB Jatim), M Yunus, sudah menjadi tempat yang baik, nyaman, dan ramah bagi tumbuh kembangnya moralitas dan akhlak masyarakat.
“Khususnya (bagi) anak-anak sebagai penerus bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harmonis, toleran, aman, tenteram, tertib, serta kondusif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya di Surabaya kemarin kepada hidayatullah.com.
Baca: Senin Ini Aksi Damai Tolak Upaya Membangkitkan Lokalisasi Dolly
Hal senada diungkapkan Ketua Ikatan Da’i Eks Area Lokalisasi (IDEAL) MUI Provinsi Jawa Timur Hj Mutimmah Faidah.
Ia menerangkan, Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim bersama seluruh elemen masyarakat telah melakukan berbagai upaya pemulihan kondisi mental, spiritual, sosial, dan ekonomi, sehingga “Dolly Saiki” (Dolly saat ini) sangat berbeda dengan Dolly yang lalu.
“Dolly yang dulu merupakan kawasan prostitusi dengan dentuman musik yang memekakkan telinga, teriakan oknum yang mabuk alkohol, bau anyir dari ribuan liter sperma yang terbuang setiap saat menjadi pemandangan setiap hari.
Baca: Pemkot Surabaya Digugat, Warga: Penutupan Dolly Harga Mati
‘Dolly Saiki’ sungguh berbeda, suara merdua anak-anak mengaji terdengar di masjid dan mushalla, suara adzan dan shalawat mengalun syahdu mengiringi ketenangan warga.
Warga dapat hidup tenang dan damai. Anak-anak dapat belajar dan bermain dengan nyaman. Orangtua tidak lagi khawatir tumbuh kembang putra-putrinya. ‘Dolly Saiki’ telah menyelamatkan nasib generasi bangsa,” paparnya dalam rilisnya di Surabaya, Senin (04/09/2018).
Di samping itu, perekonomian di kawasan eks Dolly itu sudah mulai menggeliat dan bangkit. Gang sempit yang dulu kumuh dan gersang, berubah menjadi kampung mural “Wisata Penuh Ceria”, dengan warna-warni pesan dan kesan menjadi destinasi wisata Surabaya yang unik untuk dikunjungi.
“Terdapat lebih dari 20 UKM yang telah beroperasi, lebih dari 11 wisma telah dibeli dan disulap menjadi tempat display produk, klub belajar, dan pusat kerajinan,” sebutnya.
Baca: Berbagai Elemen Warga Tolak Lokalisasi Dolly dan Jarak Dibangkitkan
Sementara itu, telah tumbuh Kampung Orumy, Kampung Batik, dan Kampung Samijali. Pun harga tanah melambung tinggi, sebagain pemuda Dolly diangkat menjadi Pegawai Daerah.
Semua itu, jelasnya, merupakan wujud intervensi pemerintah untuk memulihkan kehidupan dan perekonomian warga setempat.
Lokalisasi Dolly dan Jarak telah ditutup pemerintah setempat pada sekitar pertengahan Juni 2014 silam. Maka, ketika baru-baru ini segelintir orang melakukan gugatan terhadap kebijakan penutupan tersebut, dinilai pantas tatkala warga setempat bersama berbagai elemen masyarakat dan ormas Islam menolak gugatan tersebut. Warga juga menolak dibangkitkannya kembali lokalisasi Dolly.
Putusan Pengadilan Negeri (PN) Surabaya yang menolak gugatan tersebut pun, Senin (03/09/2018), disambut baik oleh warga dan berbagai elemen masyarakat serta ormas Islam.
“Kami memberikan dukungan penuh kepada pemerintah (baik Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kota Surabaya) untuk tetap istiqamah tidak terpengaruh oleh tekanan oknum apapun dalam menutup Dolly dan lokalisasi lainnya. Lokalisasi telah mati, berbagai upaya untuk menghidupkan kembali harus ditolak,” tegas Mutimmah Faidah.*
Baca: PN Surabaya Tolak Gugatan Terhadap Penutupan Lokalisasi Dolly