Hidayatullah.com–Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, yang terjadi pada Sabtu (04/12/2021) meninggalkan dampak yang tak ringan bagi korban. Selain kehilangan nyawa dan harta benda, tak jarang para korban juga mengalami trauma.
Salah satunya adalah Poniten, warga Desa Sumbersari, Pronojiwo, Lumajang, yang mengalami langsung momen saat lahar panas Semeru menerjang pemukiman warga.
Poniten menuturkan kepada hidayatullah.com bahwa pada mula bencana terjadi ia merasa kalut sehingga hanya menetap saja bersama suaminya di rumah. Padahal saat itu, perintah evakuasi telah dikeluarkan dan beberapa warga pun telah meninggalkan rumah mereka menyelamatkan diri.
“Saya mendengar suara berisik dan suasana jadi gelap,” ungkap Poniten.
Namun karena suhu yang memanas sehingga kondisi tak memungkinkan untuk berdiam, Poniten pun memutuskan untuk keluar dari kediamannya. Di luar, ujarnya, lahar panas yang menyala mengalir dan menerjang kebun dan pemukiman.
Tanpa banyak berpikir, Poniten pun segera keluar bersama suaminya. Ia menerjang perkebunan, termasuk menapaki pohon-pohon salak yang berduri.
“Tapi, Alhamdulillah, tidak terasa sakit,” ujarnya
Poniten pun mengaku, hingga kini, masih trauma saat melihat sirine yang menyala karena mengingatkannya dengan lahar panas. “Sampai sekarang, saya trauma saat melihat lampu ambulans,” ujarnya menunjuk mobil ambulans yang lewat.
Meski demikian, Poniten mengaku tetap bersyukur karena semua keluarganya selamat, termasuk ayahnya yang tinggal di lokasi teratas di Desa Sumbersari.
“Alhamdulillah, semua keluarga selamat,” ujarnya sambil berkaca-kaca.
Mengingat trauma yang tak jarang dialami oleh korban bencana tersebut, Tim SAR – Baitul Maal Hidayatullah menyampaikan akan segera membuka program trauma healing. Di antara prioritasnya adalah, program bermain dan belajar untuk anak-anak warga yang terdampak.*