Hidayatullah.com—Pascakasus berdarah di kapal Mavi Marmara, Israel terus mengkampanyekan istilah “pelonggaran blokade” di Jalur Gaza. Israel, antara lain, mengizinkan masuknya barang. Namun Israel bersikukuh bahwa material untuk bangunan hanya dapat dipasok melalui pengawasan dan persyaratan yang sangat ketat. Ketakutan bahwa bahan-bahan bangunan itu nantinya akan digunakan untuk membuat senjata, sesungguhnya ketakutan yang kurang masuk akal.
Sampai hari ini, banyak warga tak bisa membangun rumahnya yang hancur. Warga Gaza acapkali juga menantikan dengan sia-sia pasokan produk-produk pangan tertentu yang diharapkan dapat melewati perbatasan Israel.
Hingga kini mereka masih tetap bergantung pada pemasokan barang ilegal, misalnya yang diselundupkan lewat terowongan bawah tanah dari wilayah Mesir. Tanpa barang-barang ilegal ini, keadaan di Gaza akan lebih mengenaskan.
Truk-truk yang kini diizinkan Israel masuk ke Jalur Gaza, hanya membawa bahan pangan dan barang-barang lainnya. Namun barang untuk membangun rumah, seperti baja, aspal dan semen tetap dilarang.
Padahal justru material untuk bangunan itulah yang diperlukan warga Gaza secepatnya. Pasalnya, serangan-serangan Israel tahun lalu telah menghancurkan sejumlah besar bangunan dan infrastruktur.
Hamas mengkritik pelonggaran blokade itu dengan mengatakan bahwa langkah itu tidak cukup jauh.
Ayman Taha, seorang jurubicara Hamas menegaskan, “Di sini masalahnya bukan mengenai bahan pangan dan pakaian. Persoalannya adalah pencabutan seluruh blokade tanpa ada persyaratan apa pun juga. Ini termasuk material bangunan dan bahan baku serta kebebasan bepergian di antara Gaza dan Tepi Barat Yordan maupun tempat-tempat lainnya.”
Robert Serry, koordinator bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di wilayah itu menyambut baik pelonggaran blokade, tetapi juga menegaskan bahwa Gaza memerlukan kebebasan perekonomian yang lebih besar:,
“Saya sangat berharap bahwa impor barang-barang komersial akan meningkat jelas. Ini juga akan menolong kami. Saya juga mengharapkan bahwa dalam waktu dekat kami melihat kegiatan ekspor. Karena, bagaimana perekonomian di Gaza dapat berfungsi tanpa adanya kegiatan ekspor?”
Kebebasan lebih besar
Sementara itu, pejabat Uni Eropa, Catherine Ashton, mendesak Israel untuk meningkatkan kebebasan bergerak dan lalu lintas barang bagi warga Palestina di jalur Gaza.
Ashton juga mendesak agar dunia internasional lebih menekan Israel untuk mengakhiri blokade sepenuhnya. Catherine Ashton adalah diplomat paling senior Uni Eropa yang mengunjungi Gaza sejak Israel melonggarkan blokade permulaan bulan ini.
Dia dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, seperti dilaporkan wartawan BBC di Jerusalem, Duncan Kennedy. [dwwd/bbc/hidayatullah.com]