Hidayatullah.com — Setelah cukup lama menunggu, akhirnya rencana pendirian RS Indonesia di Gaza Palestina semakin menemui titik terang. Upaya-upaya keras yang dilakukan oleh Tim MER-C ini sudah sampai tahap realisasi.
Kamis pekan lalu (15/07) Tim MER-C berhasil menembus Gaza melalui perbatasan Rafah di Mesir. Rombongan dari Indonesia tersebut terdiri dari 6 MER-C relawan dan 4 jurnalis.
Ketua Tim MER-C dr. Joserizal Jurnalis, SpOT, mengatakan dalam kunjungannya tersebut, pihaknya telah berhasil melakukan beberapa pertemuan dengan pejabat dan berbagai pihak di Gaza, termasuk PM Palestina Ismail Haniya.
“Semua menyatakan dukungan penuh mereka terhadap program RS Indonesia di Gaza. Dua relawan telah kembali ke tanah air, sementara tiga relawan lainnya sudah siap bertugas di Gaza sampai pembangunan RS Indonesia ini selesai,” kata Joserizal ketika berbicara dalam Press Confrence di Kantor MER-C, Jl. Kramat Raya Senen Jakarta Pusat, Senin (26/07).
Adapaun keenam relawan MER-C tersebut adalah dr. Joserizal Jurnalis, SpOT (Ketua Tim), Ir. Faried Thalib, Dr. Arief Rachman, Ir. M. Baagil, Ir. Nur Ikhwan Abadi, dan Abdillah Onim.
Tiga nama terakhir, Nur Ikhwan Abadi, Arief Rahman, dan Abdillah Onim, masih tinggal di Gaza sampai RS. Indonesia selesai dibangun.
Joserizal menjelaskan, ide pembangunan RS Indonesia tercetus lebih dari satu tahun lalu dengan penandatangan MOU antara Tim MER-C mewakili rakyat Indonesia dengan Menteri Kesehatan Palestina di Gaza, dr. Bassim Naim.
PM Palestina Ismail Haniya pun menyatakan dukungannya dan memberikan sebidang tanah waqaf yang berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Pemerintah Indonesia pun concern dalam memantau proyek ini.
Dukungan pemerintah ditandai dengan pernyataan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada saat pertemuannya dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Istana Negara pada hari Sabtu, 29 Mei 2010 yang menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia akan membantu Rp 20 milyar untuk Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
“Sekarang di MER-C sudah ada dana 13 milyar dari masyarakat, murni dari rakyat Indonesia. Tidak ada dana asing. Dengan adanya tambahan dana 20 milyar dari pemerintah, proyek berdirinya RS Indonesia akan semakin nyata,” jelas Joserizal ketika berbicara dalam Press Confrence di Kantor MER-C, Jl. Kramat Raya Senen Jakarta Pusat, Senin (26/07).
Dalam kunjungannya bulan lalu, Ketua DPR RI dan rombongan juga berhasil berkunjung ke Gaza dan melakukan prosesi peletakan batu pertama pembangunan RS Indonesia di Bayt Lahiya.
Selama berada di Gaza sejak 15 Juli 2010 lalu, selain kepada PM Palestina, Tim MER-C juga telah melakukan pertemuan dan koordinasi dengan Menteri Kesehatan Palestina di Gaza dr. Bassim Naim, Dirjen Kerumahsakitan Kementrian Kesehatan dr. Mohammad Alkasyaf, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Dr. Yousef Muhammad Elmansi, Kepala Departemen Teknik RS Asy Syifa, Fakultas Teknik Sipil Universitas Gaza, Subkontraktor di Gaza serta sejumlah lembaga.
Tim juga segera melakukan pengecekan langsung ke lokasi tanah waqaf di Bayt Lahiya dan melakukan soil investigation yang dibantu oleh Fakultas Teknik Sipil di Gaza untuk mengukur dan menilai kontur tanah.
Dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut, rancang bangun RS Indonesia akan membutuhkan beberapa penyesuaian, yaitu ruang bawah tanah (basement) dan struktur pondasi untuk 4 lantai.
Penyesuaian ini, lanjut Joserizal, akan membuat perkiraan biaya pembangunan bisa menjadi 2 kali lipat. Kabar yang menggembirakan adalah tersedianya sejumlah bahan bangunan sehingga diharapkan pembangunan Rumah Sakit ini bisa segera dimulai.
“Alhamdulillah, bahan-bahan bangunan seperti semen dan besi pancang sudah tersedia. Itu semua didrop lewat terowongan bawah tanah,” papar Joserizal.
Untuk melaporkan progress awal pembangunan RS Indonesia di Gaza, Tim MER-C sudah mengajukan permohonan audiensi kepada Presiden RI dan Ketua DPR RI. Sebelumnya, dua relawan MER-C yang sudah keluar dari Gaza, dr. Joserizal Jurnalis, SpOT dan Ir. Faried Thalib, juga sudah menemui Dubes RI untuk Mesir, AM. Fachir, guna melaporkan perkembangan yang terjadi di dalam Gaza dan mengusulkan beberapa hal dalam rangka mempermudah aliran masuk bantuan dan tenaga relawan dari Indonesia menuju Gaza.
Di samping itu, MER-C juga akan terus ikut mengkampanyekan pembukaan blokade atas Gaza. Bersama sejumlah negara dan lembaga, insya Allah pada bulan Oktober 2010 nanti MER-C, VoP (Voice of Palestine), lembaga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Indonesia untuk Palestina dan elemen bangsa Indonesia lainnya, akan berpartisipasi mengirimkan satu kapal buatan nusantara, yakni “Kapal Phinisi” untuk turut berlayar menembus blokade Gaza melalui Jalur Laut. [ain/hidayatullah.com]