Hidayatullah.com–Sekitar 3.000 warga Palestina yang mendekam di penjara Zionis Israel mogok makan sehari pada Minggu (24/2/2013) untuk memrotes kematian seorang rekan mereka.
“Sekitar 3.000 tahanan mengumumkan bahwa mereka menolak makan,” kata juru bicara Badan Kepenjaraan Israel Sivan Wizman kepada AFP. “Tidak makan satu hari tiga kali makan.”
Arafat Jaradat, 30 tahun, ayah dua anak dari desa Sair dekat Al Khalil (Hebron) Tepi Barat bagian selatan, meninggal secara mendadak Sabtu (23/2/2013) di satu penjara Israel. Pihak penjara menyebut penyebab kematiannya adalah penyakit jantung.
Para pemrotes di desa kediamannya dan di beberapa bagian dari kota Al Khalil Ahad melemparkan batu-batu ke pasukan keamanan Israel, yang membalasnya dengan menembakkan gas air mata dan granat kejut, kata para saksi mata. Tidak ada laporan mengenai korban cedera.
Perhimpunan Para Tahanan Palestina mengatakan, jumlah tahanan yang melakukan mogok makan secara terbuka dalam waktu cukup lama, meningkat dari empat menjadi 11 orang.
Kematian Jaradat terjadi sehari setelah hampir 100 warga Palestina cedera dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Israel dalam demonstrasi di Tepi Barat menuntut pembebasan para pemogok makan.
Pernyataan dari kantor Perdana Menteri Palestina Salam Fayyed Sabtu mengatakan, “Sangat sedih dan terkejut atas meninggalnya Arafat Jaradat di penjara penjajah Israel itu.”
Para penguasa Hamas di Jalur Gaza mengatakan, tahanan itu meninggal karena “kondisi yang tidak manusiawi di penjara-penjara Israel.”
Badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet, mengatakan, Jaradat ditahan karena keterlibatannya dalam insiden pelemparan batu November 2012 yang mencederai seorang tentara Israel.
“Setelah makan siang, ketika ia beristrahat di penjara Megindo, Arafat Jaradat sakit. Para dokter dipanggil untuk mengobat dia, tetapi tidak dapat menyelamatkan nyawanya,” tambahnya, dilansir Antara.
Polisi Israel kini sedang menyelidiki kematian Jaradat itu.*