Hidayatullah.com–Pembunuhan tentara Israel terhadap puluhan lebih warga Palestina Gaza yang berdemonstrasi di sepanjang perbatasan timur Jalur Gaza sejak hari Jumat (30 Maret 2018) melanggar hukum dan disengaja, lapor organisasi HAM, Human Rights Watch (HWR), kutip Aljazeera.
“Pemerintah Israel tidak memberikan bukti bahwa pelemparan batu dan kekerasan lain oleh beberapa demonstrator secara serius mengancam tentara Israel di pagar perbatasan,” laporan itu, yang dirilisnya belum lama ini.
Menunjukkan bahwa pejabat senior Israel telah “dengan melanggar hukum” menyerukan penggunaan amunisi hidup sebelum dan setelah demonstrasi, HRW mengatakan: “tingginya jumlah kematian dan korban luka adalah konsekuensi yang dapat diduga dari pemberian keleluasaan tentara untuk menggunakan kekuatan mematikan di luar situasi mengancam nyawa yang melanggar norma internasional.”
Pada Jumat, tentara Israel membunuh 17 warga Palestina Gaza dalam demonstrasi massal meminta ‘hak kembali’ bagi para pengungsi Palestina ke rumah dan desa tempat asal mereka sebelum diusir oleh kelompok Zionis bersenjata leluhur Israel saat ini pada thaun 1948.
Sekitar 1,500 orang terluka, 750 diantaranya karena amunisi hidup, sementara satu orang warga Palestina syahid karena luka-lukanya pada Senin.
Baca: Warga Palestina Gelar Aksi “Jumat Ban”, Jumlah Gugur tambah 22 Orang
Hingga hari ini, korban gugur sudah mencapai lebih 22 orang. Korban diperkirakan akan meningkatkan karena tingginya jumlah korban luka dan kurangnya pasokan medis di Jalur Gaza, yang telah berada di bawah blokade darat, laut dan udara Israel lebih dari satu dekade.
Sebelum melakukan aksi damai ‘Kembali ke Palestina’ yang Terjajah yang dijuluki Grand March of Return ini, tentara penjajah mengumumkan telah menempatkan lebih dari 100 penembak jitu dengan izin menembak.
Kelompok HAM Palestina Adalah mengatakan tentara Israel pada Sabtu “secara tidak sengaja” menyatakan bertanggungjawab atas serangan pada demonstran Palestina, sebelum menghapus postingan tersebut dari halaman Twitter resmi mereka.
“Kemarin kami melihat 30.000 orang; kami telah bersiap dan dengan bantuan yang tepat. Tidak ada yang dilakukan tanpa kendali; semuanya akurat dan terukur, dan kami mengetahui di mana setiap peluru mendarat,” sebuah screenshot di postingan tersebut, dibagikan oleh Adalah.
‘Tidak ada bukti senjata api’
Para demonstran di Gaza berkumpul di lima titik berbeda di perbatasan, awalnya diposisikan sekitar 700 meter dari pagar dengan dijaga ketat yang menandai perbatasan Gaza-Israel.
Pasukan Israel menanggapinya dengan amunisi hidup, gas air mata dan peluru besi berlapis karet, menurut kementrian kesehatan Palestina.
Beberapa video muncul memperlihatkan warga Palestina ditembak sementara mereka tidak menimbulkan ancaman berbahaya.
“Human Rights Watch tidak menemukan bukti pengunjuk rasa menggunakan senjata api atau klaim IDF (Pasukan Pertahanan Israel) tentang penggunaan senjata yang mengancam saat demonstrasi,” laporan itu mengatakan.
Baca: [FOTO] Tertangkap Kamera, Bocah Palestina Menjadi Simbol Perjuangan
Penggunaan kekuatan mematikan oleh Israel telah memicu pengecaman internasional; Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok HAM telah mendesak dilakukannya investigasi independen terkait pembunuhan itu.
Namun menteri keamanan Israel telah mengatakan “tidak alasan” bagi Israel untuk bekerja sama dengan penyelidikan PBB ke dalam tindakan militernya.
Pada Sabtu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji angkatan daratnya, dengan mengatakan tentaranya sukses “melindungi perbatasan negara” dan membuat “penduduk Israel dapat merayakan liburan [Passover] dengan damai”.
Demonstrasi itu direncanakan untuk memperingati 42 tahun “Land Day”, yang terjadi pada 30 Maret 1967, ketika enam warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel selama demonstrasi menentang penyitaan tanah milik warga Palestina.
Eric Goldstein, wakil direktur HRW Timur Tengah, mengatakan: “Memuji respon angkatan darat atas peringatan 30 Maret dan mengatakan tidak akan ada penyelidikan bagaimana tentara Israel menembak mati 14 demonstran di sepanjang pagar cukup memperlihatkan betapa murahnya otoritas Israel memandang nyawa-nyawa rakyat Palestina di Gaza.”*/Nashirul Haq AR