Hidayatullah.com – Pendiri Baitul Maqdis Institute, Fahmi Salim mengungkapkan negara-negara Islam sunni mesti belajar kepada Iran. Sebab banyak negara Islam sunni di Arab punya kekayaan sumber daya alam melimpah, yang jauh lebih besar daripada Iran, tapi militernya lemah.
“Mereka seharusnya mempunyai sistem pertahanan atau kekuatan militer yang lebih kuat,” kata Ustadz Fahmi saat ditemui Hidayatullah dalam pergelaran Islamic Book Fair di JICC, Ahad 22 Juni 2025.
Fahmi menuturkan, meskipun Iran diembargo selama puluhan tahun oleh kekuatan Barat, tapi faktanya Iran masih bisa mengembangkan sistem pertahanan militer yang bagus. “Bahkan Iran menganggap masalah perlawanan terhadap imperialisme global itu adalah sebagai bagian dari ideologi mereka,” ujar pendiri Al-Fahmu Institute ini.
Karena itu, Fahmi mengungkapkan, negara Islam sunni belajar dari Iran soal membangun kekuatan militer. Jadi sebenarnya peristiwa yang terjadi sekarang bisa jadi evaluasi bagi umat Islam sunni.
“Kelompok negara-negara sunni yang mayoritas di dunia ini, kenapa kita tidak belajar, kita tidak mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan kita, malah justru kita lebih banyak menjadi konsumen, menjadi importir dari senjata yang diproduksi oleh orang-orang Barat, negara-negara barat,” ungkap Fahmi.
Lebih lanjut, Fahmi juga memberikan pendapatnya tentang perang ‘Israel’ dan Iran. Ia meminta umat Islam melihat terkait isu Palestina, alangkah baiknya merujuk pada sikap pejuang dan perlawanan Palestina.”Kita tidak bisa merasa lebih tahu, lebih pintar atau merasa lebih benar daripada mereka,” kata Ustadz Fahmi.
Sekretaris Umum Ikatan Ulama Muslim Sedunia (IUMS) Indonesia ini menegaskan, para pejuang kemerdekaan Palestina ada di lapangan dan pasti lebih tahu. Misalnya Hamas faksi perlawanan Palestina, mereka selama ini berhubungan baik dengan Iran.
Tak heran banyak pengamat international mengatakan Hamas adalah salah satu proksi perlawanan dari Iran itu sendiri. Houthi di Yaman dan Hizbullah di Lebanon, mereka juga disebut proksi perlawanan dari Iran.
“Nah tetapi kita perlu ketahui bahwa hubungan antara faksi perlawanan Palestina dengan Iran itu hubungan taktis saja, karena sama-sama punya kepentingan untuk melawan imperialisme, melawan kolonialisme Israel dan Amerika,” jelas Fahmi.
Ustadz Fahmi mengatakan kalau secara kepentingan taktis, umat Islam bisa bekerjasama dengan siapa saja. Umat Islam bisa kerjasama dengan komunis, atheis, Korea Utara, China dan Rusia, kalau umat Islam dapat bantuan dari mereka, maka diterima. Termasuk juga kerjasama dengan Iran melawan zionis ‘Israel’.
“Jadi tidak perlu kita mencampur adukan masalah teologi, kalau teologi kita sudah jelas, ahlus sunnah wal jamaah tidak bisa ketemu dengan syiah secara teologis, walaupun ada kesamaan beberapa masalah dalam prinsip-prinsip pokok rukun Islam dan rukun Iman, ada beberapa kesamaan,” ujar Ustaz Fahmi.
Umat Harus Bersatu
Fahmi juga menambahkan, kalau berbicara tentang perlawanan terhadap kekuatan imperialisme global yakni Amerika terutama kaki tangannya, seperti zionis ‘Israel’, maka umat Islam harus bersatu melawan imperialisme global.
Ia menilai, urusan teologi dikesampingkan dulu, apapun agamanya, apapun aliran politik harus bersatu melawan imperialisme global yakni zionis ‘Israel’ yang didukung Amerika. Fahmi menegaskan, dalam isu Palestina, harusnya umat Islam bisa lebih tegas, bukan hanya bantuan kemanusiaan yang dikirim.
“Kalau orang Palestina itu bilang, kami tidak akan mati kalau hanya karena kelaparan, yang jelas, kami mati kalau kami tidak punya senjata, orang kalau tidak makan bisa tetap hidup, tapi kalau orang tidak punya senjata seperti di Palestina, itu bisa dibunuh tiap hari (oleh Israel),” jelasnya Fahmi.
Menurutnya, ‘Israel’ setiap hari melakukan pembunuhan atau genosida di Gaza. Maka penting untuk membantu Palestina, bukan hanya donasi kemanusiaan berupa makanan, tapi juga membantu mereka dalam hal persenjataan*Azim Arrasyid/Hidayatullah Online