Hidayatullah.com—The Hind Rajab Foundation (HRF), sebuah organisasi advokasi pro-Palestina, baru-baru telah memulai tindakan hukum terhadap seorang tentara penjajah ‘Israel’ untuk kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida di Jalur Gaza.
Pada hari Rabu, HRF mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan proses hukum terhadap Dror Zvi Bauer, seorang tentara ‘Israel’ dari Batalion 614, sebuah Korps Teknik Tempur IDF, ke pemerintah Brazil, Jerman, Australia, dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Organisasi itu mengatakan bahwa Bauer, saat ini sedang ada di Eropa, dituduh telah melakukan kejahatan ini sejak Oktober 2023, ketika militer penjajah meluncurkan “perang genosida terhadap Gaza”.
Pekan lalu, seorang hakim Brasil memerintahkan polisi untuk menyelidiki tentara itu, berdasarkan pengaduan yang diajukan oleh HRF karena “berpartisipasi dalam pembongkaran besar-besaran rumah-rumah sipil di Gaza selama kampanye penghancuran sistematis.”
Menurut HRF, bukti kuat menunjukkan Bauer berpartisipasi dalam penghancuran infrastruktur sipil yang sewenang-wenang dan melanggar hukum di Gaza, termasuk penghancuran rumah warga, rumah sakit, sekolah dan fasilitas bantuan.
Organisasi itu juga menuduh Bauer menghasut kebencian dan kekerasan terhadap warga Palestina melalui platform online, di mana ia mendukung pembunuhan orang-orang Palestina dan mengunggah penghancuran rumah warga melalui video.
Dalam unggahannya, Bauer menyatakan “tidak ada warga sipil yang tidak terlibat di Gaza,” dengan demikian menyiratkan bahwa pembunuhan perempuan, orang tua, dan anak-anak bukanlah pelanggaran dan legal.
HRF yang berbasis di Brussels, menggunakan akun media sosial para tentara IDF selain materi lainnya untuk mengumpulkan bukti kekejaman yang dilakukan terhadap warga Palestina di Gaza.
HRF mengatakan bahwa mereka didedikasikan untuk memutus siklus impunitas ‘Israel’ dan menghormati memori Hind Rajab dan semua orang yang telah gugur dalam genosida Gaza.
Rajab adalah seorang gadis berusia 5 tahun yang tewas oleh tembakan tank ‘Israel’ saat berada di mobil keluarganya di Gaza.
Baru-baru ini pesawat Bauer mendarat di Wina, Austria, namun ia langsung pindah ke Budapest, ibu kota Hongaria, di mana sangat sulit untuk menuntutnya. Ia memiliki saudara perempuan yang tinggal di Jerman.
Seorang akun pengguna X, dulunya bernama Twitter membagikan foto tentara IDF dalam bentuk poster yang disebar di jalan-jalan Wina.
Sebelumnya pada 6 Januari, HRF mengajukan gugatan di Argentina terhadap Yuval Vagdani, tentara ‘Israel’ lainnya yang dituduh melakukan kejahatan perang di Gaza, yang melarikan diri dari Brasil setelah sebuah kasus dimulai terhadapnya di sana.
Pada 19 Januari, kelompok itu mengajukan pengaduan hukum di Barcelona, Spanyol, terhadap Mori Keisar, anggota Brigade Givati, atas kejahatan perang, pelanggaran hukum internasional, dan penargetan warga sipil Palestina di Gaza.
Ramai hapus akun media sosial
Sebuah laporan menyebutkan, puluhan tentara ‘Israel’ saat ini menghapus akun media sosial mereka, termasuk Facebook dan Instagram, sebelum bepergian ke Brasil dalam beberapa minggu mendatang untuk berpartisipasi dalam Karnaval Rio de Janeiro bulan depan.
Seorang mantan perwira senior di departemen Advokat Jenderal ‘Israel’ mengatakan kepada CNN bahwa ada peningkatan jumlah upaya mengajukan tuntutan terhadap tentara ‘Israel’ yang ikut terlibat genosida di luar negeri, namun sejauh ini belum ada yang mengakibatkan penangkapan.
Komite Urusan Luar Negeri dan Keamanan di Parlemen ‘Israel’ (Knesset), akan membahas tindakan yang diambil terhadap para tentara ‘Israel’ di seluruh dunia hari Senin.
Kementerian Luar Negeri ‘Israel’ hari Ahad mengatakan “setelah upaya akhir pekan lalu oleh elemen-elemen anti-’Israel’ untuk menyelidiki seorang tentara ‘Israel’ yang diberhentikan yang mengunjungi Brasil, Menteri Luar Negeri Gideon Saar segera mengaktifkan Kementerian Luar Negeri untuk memastikan tentaranya tidak dalam bahaya.
“Moms Up,” sekelompok ibu dari para tentara IDF telah menulis surat kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Kepala Staf IDF setelah kasus di Brasil ini.
“Kami melihat Anda sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk menghapus risiko hukum yang dihadapi anak-anak kita,” ujar mereka.*