Dua wartawan televisi swasta Indonesia, RCTI, Ersa Siregar dan Feri Santoro yang hilang dan dinyatakan ada bersama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ditangkap Tentara Neugara Aceh (TNA) wilayah Aceh Timur saat mereka keluar masuk kampung. Bersama mereka turut ditahan dua warga lokal dan seorang supir.
Teungku Mansyur, TNA penguasa wilayah Peurelak, Aceh Timur mengatakan mereka ditahan hingga TNI/Polri menghentikan serangannya. Namun ia menolak disebut sebagai melakukan penyanderaan.
Di bawah ini kutipan pengakuan wawancara Teungku Mansyur pada Radio Rederland, pagi tadi melalui satelit.
Teungku Mansyur [TM] : Ya memang benar, dua wartawan RCTI itu ada bersama kami sedang dalam keadaan proses.
Radio Nederland [RN] : Agak-agak janggal Teungku. Apakah mereka ini ditahan karena mereka ini wartawan atau diduga mereka ini adalah mata-mata?
TM : Bukan begitu. Sebab masalahnya ada beberapa kasus yang terjadi di lapangan di mana TNI/Polri telah menggunakan atribut pers untuk melakukan operasi intelijen. Mereka akan kita periksa, mungkin akan memakan waktu. Sebab di Aceh mungkin anda pun mengetahui, sebagaimana kan.
RNM : Waktunya itu berapa lama Teungku?
TM : Itu tidak pisa dipastikan. Itu tergantung kepada keadaan, karena pihak TNI terus menggelar operasi secara besar-besaran. Mungkin akan memakan waktu lebih lama. Tetapi kalau TNI tidak melakukan operasi-operasi mungkin prosesnya akan lebih cepat.
RN : Dengan kata lain mungkin apakah ini artinya, GAM menyandera dua wartawan?
TM : Itu..itu bukan kita sandera. Sebab seperti yang saya katakan tadi. Ada beberapa kasus ya yang terjadi di masa-masa dulu, jadi makanya kita mencurigai apakah ini mobil yang masuk ke kawasan perkampungan ini apakah benar-benar mobil pihak wartawan ataupun digunakan oleh pihak TNI. Jadi kami menyentop ternyata yang kami periksa ini adalah wartawan. Jadi bila kami sudah menahan, kami harus memproses dulu.
RN : Dan tentunya GAM juga akan menjamin keselamatan mereka, begitu ya Teungku ya?
TM : Ya kita akan menjamin keselamatan mereka seperti keselamatan sendiri. Tetapi kalau sedang terjadi kontak senjata, kita tidak tahu bagaimana-bagaimana kan. Terpulang dari pada kondisi dilapangan bagaimana ya.
RN : Nah teungku, juga ada dua warga sipil yang menyertai mereka dan satu orang supir, kalau saya tidak salah. Teungku warga sipil ini kan tidak tahu apa-apa teungku, bagaimana ini?
TM : Ya..ya itu maksudnya. Sebab itu kami memproses dulu, sedangkan wartawan ini dalam rangka bertugas. Kenapa harus ada dua warga sipil dua orang bersama mereka.
RNM : Maksud anda, anda curiga terhadap dua warga sipil ini atau justru kepada dua wartawan ini?
TM : Ya sebab apabila wartawan saja masuk, tidak bersama warga sipil, mungkin kami tidak akan menahannya. Sebab ini kenapa ada dua warga sipil bersama mereka. Jadi kami mencurigai.
RN : Dari pemeriksaan sementara pihak Gerakan Aceh Merdeka terhadap empat orang ini, dua warga sipil dan dua wartawan ini sudah ada hasil sementara?
TM : Itu hasil sementara belum ada lagi. Sebab kondisi di lapangan adalah sekarang kurang jelas maksudnya kondisi di lapangan oleh TNI/Polri terus menggunakan operasi semakin gencar. Jadi koordinasi kami di lapangan sekarang ternyata sedikit kesusahan dalam keadaan, bisa dikatakan seperti agak kucar-kacir gitu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
RN : Nah teungku, tentunya kan pihak keluarga dari wartawan ini dan juga pihak keluarga dari dua orang warga Aceh yang menemani mereka berharap mereka selamat.
TM : Ya Insya Allah, kita akan memenuhi permintaan mereka dan kita harapkan kepada keluarga mereka agar jangan bimbang dan jangan ragu. Dan beberapa saat lagi mungkin setelah kita proses, mereka akan kita bebaskan.
RN : Kami sebagai wartawan di Belanda tentunya kami berharap wartawan RCTI yang sedang berada bersama anda, dalam kondisi baik dan tentunya kita harapkan juga mereka bisa selamat kembali ke keluarganya, Teungku. Itu harapan kami juga.
TM : Ya Insya Allah akan kita laksanakan ya. Kita berharap juga begitu.
Demikian Teungku Mansyur, TNA penguasa wilayah Peurelak, Aceh Timur.