Hidayatullah.com–Salah satu nama yang melejit pada era pandemi sekarang ini adalah Andani Eka Putra. Ia dokter yang juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas
Andani terkenal dengan metode pool test dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan menerapkan metode pool test.
Metode ini sempat menjadi pembicaraan hangat hingga tingkat level nasional. “Ada dua hal mendasar yang sangat efektif dan menguntungkan dengan metode ini. Pertama, pool test bisa mempercepat temuan dari sample dalam jumlah yang banyak. Kedua, untuk efisiensi biaya. Dengan pool test kita bisa menghemat biaya kerja dan pemeriksaan sampai 70 persen,” jelasnya.
Andani menambahkan, pool test sebenarnya sudah diterapkan di Amerika Serikat sejak 1940-an. Saat itu untuk mendeteksi wabah sifilis, klamidia, dan gonore pada pasien infertility.
Dengan metode pool test itulah, Andani bersama tim telah menyelesaikan hampir seratus ribu sample swab. “Bahkan, di sini kita pernah mencatat rekor memeriksa sampai tiga ribuan sample, dengan kerja non stop selama 24 jam,” kata ayah dari tiga anak ini.
Wawancara ini bukan mengupas lebih jauh metode pool test. Wawancara yang dilakukan oleh Dodi Nurna, koresponden Hidayatullah.com di Padang ini melihat Andani di sisi lain yang mungkin belum banyak diketaui orang.
Berikut petikannya:
Anda dikenal suka menolong orang lain di tengah hidup yang serba materilistis. Dari mana Anda mendapatkan nilai seperti itu?
Ya, dulu sewaktu masih melaksanakan praktek dokter, saya sudah terbiasa tidak mengenakan tarif. Terserah mau dikasih berapa atau bahkan tidak sama sekali. Jika pasien itu dari kalangan tak mampu, dikasih berapapun tetap saya tolak. Saya gratiskan.
Saat menjalani kuliah S2 di UGM saya tetap meneruskan kebiasaan menggratiskan tersebut, kendati yang saya lakukan membuat orang terheran-heran karena hal-hal seperti itu di luar kebiasaan seorang dokter.
Nilai-nilai ini saya dapatkan dari orangtua dan pengalaman waktu saya masih jadi mahasiswa di Faktultas Kedokteran Universitas Andalas. Ayah saya dikenal sering menolong orang lain.
Pernah mendapat cibiran atau lainnya? Lantas apa yang Anda lakukan?
Cibiran atau hinaan bukan hal baru. Bagi saya, itu tidak masalah karena saya tidak mencari popularitas dan keuntungan. Cibiran hanya menjadi masalah bagi mereka yang mencari popularitas. Kan kalau ada yang tidak senang maka papularitas yang bersangkutan bisa ambyar. Tetapi bagi saya, tidak masalah mau orang sinis, orang tidak senang. Bahkan saya selalu berbaik sangka, yang sinis dan kurang senang itu hanya karena mereka belum mengerti.
Jadi, kita tidak mencari kekayaan, kita tidak mencari popularitas sama sekali. Kita capek-capek begini bukan untuk mencari popularitas. Kita bekerja keras siang dan malam, hanya bertujuan beramal dan bagaimana kita bisa menolong masyarakat serta membantu pemerintah mengatasi pandemi ini. Semua kita lakukan dengan penuh keikhlasan. Jadi, tak ada kepentingan apapun selain untuk masyarakat dan negara ini.
Bagaimana orangtua mendidik Anda dan apa yang paling mereka tekankan?
Sejak masa kecil saya ingat bagaimana orangtua saya itu sering menolong orang, sehingga sifat itu menurun kepada kita, anak-anaknya.
Meski suka memberi dan menolong orang, namun ada pula yang ditolong malah membalas dengan celoteh yang tidak menyenangkan. Sehingga ibu saya, di masa itu pernah menyatakan, “Papamu itu orangnya sok-sial”. Sok-nya bagi orang yang ditolong, dan sialnya bagi orangtua saya karena dicibir dan sebagainya.
Tetapi prinsip suka membantu orang lain yang ditanamkan oleh orangtua saya itu sebenarnya sangat bagus. Karena tidak akan pernah ada orang jatuh miskin gara-gara suka menolong orang lain. Kuncinya semua harus dilakukan dengan ikhlas.
Siapa orang yang paling berpengaruh dalam perjalanan hidup Anda sehingga menjadi seperti sekarang?
Tentu pola-pola orangtua saya dan bimbingan yang beliau berikan sejak saya kecil, tentu sangat berpengaruh. Begitu pula didikan para guru dari SD, SMP hingga SMA.
Kemudian ditambah lagi pengalaman sewaktu saya kuliah di Fakultas Kedokteran Unand. Saya giat mengikuti berbagai organisasi mahasiswa. Dari situ memberikan pengaruh terhadap sikap dan pola pemikiran saya.
Apa imun terbaik bagi tubuh hingga dapat menangkal Covid-19?
Ikhlas dan gembira. Kalau gembira, tingkat imunitas akan bagus. Jika ikhlas, kita akan selalu merasa plong, tidak ada pikiran macam-macam sehingga tidak akan stres. Stres itu membuat tingkat imunitas tubuh cepat menurun.
Anak dan Istri Bagian dari Perjuangan
Sejak pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, waktu Andani pun banyak tersita untuk kegiatan di laboratorium. berangkat pagi, pulang hingga larut malam pun dilakoninya hampir saban hari.
Bahkan, setelah metode pool test yang diterapkan bersama timnya membuahkan hasil siginifikan, ia pun sering diundang ke berbagai kota untuk melakukan sinergi dan kerjasama. Sehingga, tak jarang Andani meninggalkan istri dan anak-anaknya.
Bagaimana Istri dan anak menyikapi kegiatan Anda yang padat serta apa harapan kepada mereka?
Alhamdulillah, mereka dapat menerima dan memaklumi tugas-tugas saya. Mereka dapat menjalani kondisi ini dengan sabar. Nyaris tidak ada protes dari anak-anak, kenapa saya sering terlambat pulang, bahkan meninggalkan mereka ke luar kota.
Menghadapi situasi dimana saya harus lebih bekerja keras lagi, tentu diharapkan mereka lebih ekstra sabar lagi. Mereka paham dan memaklumi, bahwa kita ikhlas capek-capek begini hanya berjuang untuk menolong masyarakat dan membantu pemerintah. Bukan untuk mencari keuntungan pribadi atau mencari popularitas.
Bagaimana mewariskan atau mengajarkan nilai-nilai yang selama ini jadi pegangan hidup?
Saya berupaya menanamkan pengertian bahwa mereka, anak serta istri, adalah bagian dari perjuangan ini. Jika mereka terus bersabar, tetap ikhlas, serta terus memahami perjuangan saya, tentulah mereka adalah bagian dari perjuangan ini.
Ya anggap saja ini masa perang. Dalam perang itu semuanya kita keluarkan, kita kerahkan. Jangan ragu lagi.
Jika disuruh menilai secara jujur, apakah Anda sudah menjadi ayah dan suami yang ideal?
Tentu sulit ya, mencapai tipe ayah atau suami yang benar-benar ideal. Tapi, kita wajib berupaya untuk mencapainya. Memang sekarang ini saya belum dapat memberi waktu yang full bagi mereka, terlebih di masa perang melawan pandemi.
Sebab itu, saya tumbuhkan keikhlasan dan semangat agar mereka menjadi bagian dari perjuangan ini.
Apa pesan Anda bagi orangtua, khususnya ayah, terkait urusan pendidikan anak?
Tentu kita orangtua, perlu menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak-anak. Menurut saya orangtua yang disebut berhasil itu adalah yang berhasil mendidik anak-anaknya.
Orangtua yang berhasil, bukan orangtua yang gemilang karirnya, tinggi posisinya. Kalau hanya berhasil mendapatkan posisi yang mentereng, itu berarti hanya dia sendiri yang berhasil, bukan keberhasilan dalam mendidik anak-anak. Kita hidup ini untuk mendidik anak kita. Jadi ya anak-anak tidak harus cerdas saja, tapi juga harus berakhlaq mulia.*