Sambungan dari kisah pertama
Hujan deras mengguyur sesaat sebelum azan Jumat dikumandangkan muazin seusai pengajian di Markaz Syariah Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat. Sang khatib, salah seorang habib, membawakan khutbah Jumat selama sekitar 9 menit dengan full berbahasa Arab.
Kemudian, shalat Jumat dipimpin tamu lainnya. Jamaah berdesak-desakan saking penuhnya masjid yang tidak begitu besar itu. Usai Jumatan, Habib Rizieq di shaf terdepan memimpin dzikir dan shalawatan. Lalu digelar shalat gaib atas wafatnya seseorang. Sementara hujan perlahan reda baru-baru tadi.
“Habis shalat sunnah ba’diyah, kita langsung ke atas makan bersama. Salam-salamannya enggak usah dulu ya, khawatir keburu hujan lagi,” ujar Habib Rizieq kemudian, langsung mengarahkan para jamaah melalui pengeras suara.
Rupanya, sudah menjadi tradisi di Markaz Syariah ini, setiap usai Jumatan para tamu dan jamaah pesantren diundang makan bersama di saung-saung yang posisinya di bagian atas tanah pesantren.
Makan siang berjamaah itu berlangsung dalam suasana penuh kekeluargaan, keakraban, dan ukhuwah Islamiyah. Awak hidayatullah.com dipersilakan bersantap bersama Habib Rizieq dan tetamu khusus lainnya. Menu yang dihidangkan antara lain nasi putih plus ayam goreng, sayur asam, rendang, dan tempe-ikan teri.
Seusai bersantap, puluhan tamu menghampiri Habib Rizieq, kebanyakan menyampaikan undangan acara untuk diisi olehnya. Mulai dari di Jabodetabek, sampai luar Jawa bahkan Maluku. Sebagian besar disanggupi. “Mudahan panjang umur,” ujar Habib Rizieq. Sebagian tidak.
“Sebelum Pilkada (DKI 2017), kita fokus di Jakarta dulu ya. Nanti setelah Pilkada baru keluar,” ujar Habib Rizieq menyampaikan penolakan halus undangan di luar Jabodetabek sebelum putaran kedua Pilkada DKI.
Sejumlah tamu tampak menyampaikan undangan acara salah satu masjid di Jakarta Selatan. Nama masjid ini mengundang perhatian tersendiri Habib Rizieq. Rupanya, masjid itu salah satu basecamp penggerak Aksi Bela Islam lalu.
Habib Rizieq tampaknya menyanggupi. “Tapi kalau undang saya siap-siap didatangi polisi (acaranya),” guyonnya sambil tertawa ringan disambut cekikan tetamunya.
Pengurus masjid yang mengundang langsung menimpali bahwa mereka tak merasa khawatir soal guyonan itu. “Kami, kan, Alumni (Aksi) 212, Bib,” ujar pengurus masjid kepada Habib Rizieq.
“Kalau Alumni 212 tidak gentar dengan ancaman mah,” balas Habib Rizieq mengapresiasi.
Tak lama kemudian, makan siang itu berakhir. Setelah berfoto selfie dan berpamitan, para tamu berangsur-angsur pulang meninggalkan pesantren.
Salah seorang jamaah setia pengajian Markaz Syariah, Abdullah, sebut saja begitu, mengaku pengajian tersebut semakin diminati masyarakat.
“Saya sudah sejak lama ikut pengajian (di sini). Dulunya mah cuma beberapa mobil, sekarang sudah banyak tuh,” tuturnya.
Sehari sebelumnya, Rabu (01/03/2017), di pesantren yang berusia 3 tahunan tersebut digelar pengajian bulanan. Pengajian ini digelar setiap Rabu pertama setiap bulannya. “Lebih ramai itu (dari pengajian pekanan),” ujar Abdullah.
Ia berbincang-bincang dengan media ini dalam perjalanan pulang dengan mobilnya dari kawasan yang disebut “Puncak Syariat” itu. Dekat markas FPI ini merupakan lokasi latihan perang Brimob Polda Jabar pada Januari 2017 lalu.
Untuk diketahui, tak sembarang orang bisa seenaknya masuk ke pesantren itu, wartawan sekalipun. Tak sedikit awak media massa, termasuk media asing, yang tidak diterima meliput ke tempat ini.
Di antara alasan kehati-hatian Markaz Syariah terhadap wartawan, kata salah seorang laskar FPI, banyak media yang mempelintir pemberitaan tentang mereka. “Menjelek-jelekkan kami,” ujarnya. Lika-liku hidayatullah.com masuk ke markas dan menemui Habib Rizieq, Jumat itu, terlalu panjang untuk disuguhkan pada lembaran kisah ini.*