Pembiaran
Umumnya keluarga pengguna narkoba selalu merasa kasihan jika melihat anak atau saudaranya sedang sakau. Demi meredakan rasa sakitnya, si pemakai sering dibiarkan mengkonsumsi narkoba. Padahal pembiaran itu sama saja menjebloskan ke jurang lebih dalam, ujar Mamat.
Narkoba sudah diakrabi Mamat sejak masih SMP di pertengahan tahun 80-an. Bermula dari merokok, eksperimen meningkat pada mencoba minuman keras (miras) sembari mulai “icip-icip” ganja dan pil BK.
Begitu memasuki kuliah, pergaulan Mamat semakin luas. Pada saat itu akses mendapatkan kokain, LSD (Elsid) lebih mudah. Mamat merasa kran penghalang distribusinya dibuka lebar-lebar.
“Sebelum tahun 90, kokain dan Elsid hanya untuk social used, aja, untuk acara tertentu. Itupun kita bisa dapat karena kenal sama teman yang jadi artis ataupun sama teman yang kuliah di luar negeri,”ujarnya.
Menurutnya, saat itu pemerintah tidak seserius sekarang dalam menanggulangi narkoba. Hal itu menyebabkan narkoba mudah lolos sensor imigrasi.
Selama bertahun-tahun Mamat tampil sebagai anak baik-baik di depan keluarganya, di belakang tidak.
“Saya tuh kalau lagi ngumpul sama keluarga kelihatan baik-baik saja. Sakaunya nggak di rumah,”ujarnya.
Lambat laun jenis dan dosis narkotika yang dipakainya meningkat, mulai dari Ganja, pil BK, naik ke Kokain sampai akhirnya Putau.
Jenis psikotropika yang disebutkan terakhir adalah jenis dengan kekuatan tertinggi dibandingkan jenis lainnya yang sebelumnya pernah Ia konsumsi. Putau membuat Mamat terbelenggu. Sulit melepaskan diri dari “kenikmatan”nya.
Seiring perubahan gelagat, pada akhirnya Mama-Papanya mengetahui. Pria dua anak itu bersyukur memiliki orangtua yang mendukungnya untuk sembuh.
Begitu mengetahui anaknya kecanduan, kedua orangtuanya langsung mengagendakan pertemuan dengan dokter di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), Jakarta.
Perawatan di RSKO yang hanya beberapa bulan, mampu menyembuhkan Mamat. Namun, belum ada kata jera dalam dirinya. Mamat kembali berkubang dengan narkoba. Kecanduannya menyebabkannya tidak bisa konsentrasi kuliah.
Bahkan, Ia sempat gagal menjalankan ujian sidang kelulusannya disebuah universitas swasta di Jakarta. Saat itu orangtuanya berinisiatif membawa Mamat ke lembaga rehabilitasi pecandu narkotika yang didirikan Abah Anom, Inabah.*/bersambung menuju INABAH