APA yang akan kita lakukan saat berada di ruang terbuka dan hujan seketika mengguyur? Langkah kaki seribu mungkin menjadi pilihan utama, mencari tempat teduh agar diri tidak basah kuyup.
Tetapi, subhanallah, sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh sedikitnya dua juta umat Islam yang tergabung dalam Aksi Super Damai 212.
Mereka memenuhi lapangan Monas, Bundaran HI, dan kawasan sekitarnya di Jakarta Pusat itu. Lensa beragam kamera bisa jadi tak mampu menjangkau keseluruhan penyebaran massa itu dalam sekali jepret.
Pada Aksi Bela Islam III, Jumat (02/12/2016) itu, posisi saya berada tepat di sisi barat Tugu Monas. Saya menyaksikan secara langsung bagamana air hujan yang mengguyur deras dari sisi selatan ke utara Monas disambut dengan pekikan takbir oleh massa yang menggetarkan jiwa.
“Allahu Akbar!” seru jama’ah yang berada di sisi utara Tugu Monas, yang kemudian secara terus-menerus disusul oleh jamaah lainnya sampai ke sisi selatan Tugu Monas.
Dan, kejadian ini berulang lebih dari tiga kali dengan kesan yang benar-benar istimewa.
Sementara itu, sayup-sayup terdengar suara dari panggung utama yang mengingatkan seluruh peserta Aksi Super Damai bahwa hujan ini adalah berkah dari-Nya. Seruan itu pun semakin menggugah gairah peserta, sehingga berulang kali sambutan berupa pekikan takbir kembali membahana.
Dan, subhanallah, air hujan itu benar-benar luar biasa. Bak tanaman yang lama kekeringan, hujan itu justru membuat jutaan kaum Muslimin kian mantap dalam melaksanakan ibadah shalat Jumat. Mereka bergeming di atas sajadah masing-masing, berdoa, berdzikir dengan suasana yang tentu begitu istimewa.
Diprediksi Hujan Campur Petir, Langit Jakarta Cerah 4 November
“Shalat Jumat Terindah”
Sahabat saya merasakan hal yang benar-benar luar biasa. “Ini kenikmatan ukhuwah, Mas,” ucapnya kepadaku. “Seumur hidup, inilah shalat Jumat terindah dalam hidupku,” timpal sahabatku yang lainnya.
Ia bahkan merasa, entah kenapa, setiap kali mengangkat tangan berdoa, terutama kala duduk di antara dua khutbah, saat dimana lantunan doa dijamin ijabah oleh Allah, dadanya langsung seperti terangkat.
Kerongkongannya pun ia akui terasa seakan menyempit dan lantunan suara doanya bergetar. Sehingga air mata terus membulir, jatuh bersama sejuknya air hujan.
Seperti tanaman, selepas hujan, fisik dan mental para jamaah justru semakin bergairah. Lihatlah bagaimana kemudian saat aksi rampung, sebagian peserta aksi begitu bersemangat menjalankan tugas sesuai amanah.
Pasukan Gerakan Pungut Sampah begitu antusias menjalankan tugasnya di tengah-tengah laju peserta aksi meninggalkan lokasi.
Pihak aparat keamanan, dari Polri dan TNI juga tampak santun, melempar senyum dan dengan ramah meladeni setiap ada peserta aksi yang meminta untuk foto bersama.
“Aman ya, Pak! Aksi Super Damai memang ya pak, sehingga tugas bapak-bapak menjadi sangat ringan,” ungkap Ihsan Gumelar, pakar neuropsikologi, yang juga hadir dalam aksi tersebut kepada barisan pasukan dari Kostrad yang berjaga di salah satu pintu masuk Monas.
Sumpah Allah
Berkah hujan hari Jumat dalam Aksi Bela Islam III mengingatkan saya akan sumpah Allah Subhanallahu Wata’la atas nama langit;
وَٱلسَّمَآءِذَاتِٱلرَّجۡعِ
“Demi langit yang mengandung hujan.” (QS. Ath-Thaariq [86]: 11).
Qatadah mengatakan, seperti dinukil Ibn Katsir dalam tafsirnya, “Rezeki hamba-hamba Allah ini turun setiap tahun. Seandainya tidak demikian, niscaya mereka dan juga ternak mereka akan binasa.”
Sementara itu, di dalam sejarah yang diabadikan al-Qur’an, hujan juga menjadi pilihan Allah menolong kaum Muslimin memenangkan perang.
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al-Anfaal [8]: 11).
Allahu Akbar! Aksi ini tidak saja damai tetapi juga sukses menjadikan umat Islam semakin sadar akan kebenaran al-Qur’an dan terdorong untuk komitmen menjalankannya.
Terlebih, sebelum meninggalkan panggung utama, Ustadz Bachtiar Nasir (Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI) bertanya kepada Dewan Pembina, Habib Rizieq Shihab.
“Bib, setelah ini apa yang akan kita lakukan, Bib?”
Spontan Habib Rizieq pun menjawab, “Laksanakan isi kandungan al-Qur’an, Surat Al-Maidah ayat 51.” Yang kemudian dipertegas tidak ada lagi umat Islam yang memilih pemimpin kafir.
“Mari amalkan Surat Al-Maidah 51,” ungkapnya di atas panggung utama yang disambut pekikan takbir hadirin. Allahu Akbar!* Hidayatullah.com