TERINGAT Ketika masih kelas 3 SMA, kala itu sekali sepekan ikut belajar dalam satu halaqah tarbiyah.
Salah satu teman bercerita akan kisahnya, ketika ia memutuskan untuk mengenakan jilbab ukuran dua meter lengkap dengan gamisnya.
Perubahan style bukan karena paksaan dari kawan maupun murobbi, hanya saja setiap kali bergabung dalam halaqoh ada perasaan yg mengusik dengan style lamanya yang super ketat atas bawah.
Tatkala memandangi mereka yang telah berpakaian sesuai yang dicirikan pakaian wanita muslimah, ada ketenangan di hati adem rasanya.
Tiga bulan kemudian ia pun memutuskan perubahan style yang berbanding terbalik dari yang sebelumnya, dengan sepasang gamis lengkap dengan jilbabnya berukuran panjang hingga ujung tangan.
Mengenakan style yang menenangkan hati, bukan berarti ia pun sudah mahir baca Qur’annya, akhlaknya seperti khodijah, keilmuannya setara para ulama, akan tetapi ia mengenakannya karena telah diniatkan untuk mengamalkan salah satu amalan yang Allah syari’at kepada hambanya kaum hawa.
Salah satu konsekuensi dari pilihan ini adalah, adanya kecurigaan-kecurigaan yang kudu diterima dari orang-orang sekitar, hatta, orang tua sekalipun terutama kecurigaan ayahnya kala itu.
Ketika hendak berangkat dari rumah menuju ke tempat daurah, sambil menjinjing tas yang berisi pakaian ganti, dan perlengkapan mandi, karena ada yang terlupa sehingga ia sempat meletakkannya di salah satu kursi trus berlalu.
Ketika hendak berangkat, dan mencari-cari tasnya ia pun kaget, karena tasnya hilang di kursi tadi. Iya pun mencari-cari kesana kemari, dan menyanyakan pada orang yang ada di dalam rumah, tetapi tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
Seketika ayahnya pun datang, dan menanyakan padanya perihal tas yang hendak di bawa, akan tetapi ayahnya malah menjawab bahwa tas tersebut telah dibuangnya di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.
Salah satu alasan sang ayah karena ia menyangka di dalam tas tersebut terdapat BOM. Subhanallah. Maka sang teman pun menyusuri satu persatu TPS yang ada di sekitar rumahnya hingga menemukan tasnya kembali bersamaan linangan air mata. Sungguh mengamalkan syari’at itu adalah salah satu perjuangan dan senantiasa bersiap siaga berbenturan oleh mereka yang belum memahami hakikat kebenaran ini.
Alangkah lucunya paradigma yang dianut sebagian orang, selalu menjustifikasi seseorang hanya melihat perubahan style yang dikenakan. Padahal jika kita mengikuti arus berpikir secara kapitalisme style yang dikenakan sesuai yang disyari’atkan dinullah adalah karena adanya rasa nyaman. Tapi mengapa masih di pandang sebelah mata. Padahal posisinya tidak jauh berbeda dengan artis-artis yang mengenakan pakaian yang merasa nyaman dengannya, mau lebar atau sempit, tipis atau tebal. Justru tak ada prasangka dan aksi memojokkannya.
Kaum muslimah berpakain sesuai yang diciri-cirikan bagaimana mestinya berpakaian bukanlah suatu aksi untuk melakukan teror, kecuali mereka yang mengenakannya bukan karena keimanan serya memiliki niatan untuk kepentingan tertentu. Naudzubillahi mindzalik.*/Sahlah