Bruuaak…!
Bengkel dan toko andordil sepeda motorku ambruk. Penyebabnya, tiang penyanggah yang terbuat dari bambu sudah lapuk, dan tak kuat lagi menahan beban.
Sedih. Itu sudah pasti. Apa lagi kalau menengik ke belakang, bagaimana aku merintis usaha. Benar-benar dari nol.
Saat itu, aku yang masih merantau di daerah Jawa Barat, secara tetiba mendapat kabar; diminta ibu pulang, karena beliau sakit.
Demi abdiku kepada sosok yang sangat aku cintai itu, tekat untuk merintis usaha dengan menjual makanan menggunakan rombong, aku tinggalkan.
Padahal, bisnis itu baru saja dirintis. Menggunakan uang pinjaman lagi. Terpaksa pergi dengan meninggalkan hutang.
Sesampainya di rumah, uang saku tinggal tersisa 25 ribu. Putar otak untuk membuka usaha, dengan modal sedikit itu.
Lama, tak keluar-keluar juga ide. Namun al-hamdulillah, Allah pula yang mengarah unruk membuka bisnis tambal ban.
Pertimbangannya simpel aja. Satu penghasilannya langsung cash. Dua, modal tak butuh banyak. Cukup beli pompa. Sedangkan alat penambal bisa minta racikan ke teman.
Itu ide utamanya. Selain itu, ada juga ude ‘gila’-nya. Aku memberanikan diri untuk membuka bengkel motor.
Padahal tidak punya skil. Lho, terus!? Cara ‘terapi pasien’-nya, lebih mengandalkan majalah/tabloid otomotif. Strategi lainnya, bertanya kepada tukang bengkel di tempat lain.
Jadi, kalau ada persoalan yang tak mampu di atasi, langsung meluncur ke bengkel ‘tetangga.’ Meski terkadang juga dikibuli.
Al-Hamdulillah, lambat-laun usaha semakin berkembang. Hingga akhirnya menekatkan diri untuk membuka toko onderdil.
Kamar depan rumah dijebol dan ‘disulap’ menjadi toko. Masih kecil-kecilan.’ Tapi perkembangannya bagus, dari waktu ke waktu.
Hingga akhirnya, menyapalah musibah itu; bengkel dan toko roboh. Rata dengan tanah. Untuk sementara, usahapun harus ‘istirahat’ terlebih dahulu untuk beberapa waktu.
Di sela-sela waktu ‘rehat’ kerja, terlintas dalam pikiran untuk membangun bengkel dan toko yang lebih besar.
Terang, butuh donor dana yang besar untuk mewujudkannya. Laksana kata pepatah; ‘pucuk dicinta ulam pun tiba,’ datang pihak Bank menawarkan dana pinjaman.
Ah, ini laksana pahlawan dalam film-film Hollywood aja, semacam Spiderman. Tiba di waktu yang tepat untuk memberi bantuan, kepada mereka yang membutuhkan.
Tawaran itu aku terima. Bengkel dan toko pun mulai dibangun. Aneka-ragam onderdil mulai mengisi toko.
Awalnya, semua jalan lancar-lancar saja. Setoran ke pihak Bank berjalan setiap bulannya. Tapi lambat laun, aku merasakan keberatan.
Antara pemasukan dan ansuran terasa begitu jomplang. Kian lama, terasa semakin membebani.
Lama-lama semakin tak berdaya. Pemasukan yang ada tidak mampu mengangsur utang yang ada. Usaha bengkel dan onderdilku pun tutup.
Di sisi lain, aku mulai memahami akan dosa Riba. Itu semua bermula, ketika tanpa sengaja berselancar di internet, kemudian terhubung dengan komunitas anti riba.
Innaa lillah wa innaa ilaihi raji’un….
Sungguh aku terhenyak, kaget bercampur ngeri, ketika mengetahui dosa-dosa riba. Terutama,ketika dijelaskan, bahwa pelakunya seperti melakukan zina dengan ibunda sendiri.
Astaghfirullahal ‘azhim…..
Untuk menurupi ‘lobang’ yang menganga, serta berusaha bangkit tari keterpurukan, aku mencoba mencari pinjaman ke saudara-saudara dan kerabat-kerabat.
Tapi hasilnya nol. Tidak ada yang mengulurkan tangan untuk memberi bantuan. Alasannya macam-macam.
Akhirnya, onderdil-onderdil yang ada pun dijual secara besar-besaran. Tapi masih belum cukup melunasi hutang di bank.
Pada waktu itu, pihak bank bertandang ke rumah. Kembali menawarkan bantuan. Angkanya fantastis. Ratusan juta rupiah.
Jujur, hati kecil menolak tawaran itu. Apa lagi aku sudah memahami hukum agamanya; haram. Tapi akal dan hawa nafsu berkesimpulan lain;
“Mau bagaimana kamu mengatasi permasalahan, kalau tidak dengan uang itu!”
Akhirnya, dengan berat hati uang itu pun aku ambil. Sungguh bergetar tangan menerimanya. Karena menyelisihi rintihan hati nurani.
Laa haulaa walaa quwwata illaa billah…
Allah pula yang mengatur segala sesuatunya. Termasuk untuk memberikan petunjuk pada setiap hambanya, dengan jalur yang tak disangka-sangka. Bahkan terkadang memilukan.
Jadi, beberapa hari selang menerim uang itu, rumah kami disentrol maling. Semua perhiasan dan uang, termasuk pinjaman dari bank itu, dibawa lari.
Aku yang saat itu baru tiba dari luar rumah, dan diberi tahu peristiwa naas itu, langsung tersungkur, berlinangan air mata, dan terus beristighfar.
Aku menyadari sesadar-sadarnya, bahwa ini adalah peringatan dari Allah, agar benar-benar meninggalkan riba. Jangan setenga-setengah.
Akhirnya, aku pun bertekat untuk meninggalkan yang namanya riba. Tanpa keraguan sedikitpun.
Pertolongan Allah….
Sejatinya, di sela membuka bengkel dan toko onderdil, beberapa bulan sebelumnya, aku sudah terikat kerja sama dengan kawan, untuk bersinergi bisnis susu dan ternak kambing etawa.
Di rumah ada freezer unruk penyimpanan susu. Di halaman depan, dipasang sebuah tulisan kecil ‘Menjual Susu Asli Kambing Etawa.’
Dilalah, ternyata melalui jalur inilah Allah memberikan pertolongan-Nya.
Suatu hari, ada seseorang yang belanja ke salah satu toko swalayan di dekat rumah. Ia tertarik dengan papan pengumuman penjualan susu kambing etawa.
Ternyata, ia merupakan seorang pimpinan pesantren besar di Jawa Barat, dan tengah mencari kambing etawa.
Katanya, pesantrennya hendak mengembangkan budidaya kambing etawa, untuk menghadapi persoalan pangan di Indonesia.
Setelah bernegosiasi beberapa saat, disetujui kerja sama itu. Aku dipercaya untuk menyuplai kambing, hingga penggarapan kandang.
Dari sinilah, seakan keran rezeki itu terus mengalir. Bisnis berkembang dan Pesanan semakin meningkat dari berbagai daerah.
Tidak berhenti di situ, aku mulai melebarkan bisnis lain, sapi etawa. Alhamdulillah juga maju. Bengkel pun mulai dibangun lagi.
Akhirnya, semua hutang pun bisa lunas. Bahkan sudah punya pegawai. Jumlah omzet pun kini mencapai milyaran.
Sebagai rasa syukur kepada Allah, aku senantiasa berbagi rezeki dengan mereka yang tidak mampu. Selain itu, senantiasa membina mereka yang hendak merintis bisnis.
Hal lainnya, menjadi konaultan bagi mereka yang menginginkan keluar dari jerat riba.
Yaa Allah, semoga Engkau mengampuni dosaku, serta memberkahi segala apa yang Engkau titipkan saat ini.*/Dikisahkan Eko Sugiyanto, pengusaha asal Lumajang, kepada Khairul Hibri