Di kaki Gunung Penanggungan, Desa Seloliman Mojokerto, suara puluhan pemuda melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an membelah sunyi. Di tengah keheningan alam, Aulia el-Haq mengabdikan diri untuk membina puluhan mahasiswa kader dakwah yang datang dari berbagai pelosok Nusantara—Aceh, Timika, hingga Sulawesi Utara.
Para mahasiswa ini bukanlah murid biasa. Mereka adalah kader yang dipilih khusus untuk ditempa menjadi da’i selama empat tahun. Usai masa pendidikan, mereka akan disebar ke seluruh penjuru negeri, mengemban amanah dakwah di pelosok-pelosok Nusantara yang masih minim penerangan ilmu.
Aulia adalah lulusan S1 Syariah Islamiyyah dari Universitas Al-Azhar, Kairo, dan S2 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari UIN Surabaya. Kini, ia memilih untuk mengajar di sebuah daerah terpencil yang jauh dari keramaian kota. Untuk mencapai desa terdekat saja, ia harus menempuh akses jalan kecil sejauh 3-5 kilometer, sementara pasar terdekat berjarak 5-7 kilometer.
Minimnya fasilitas, sinyal telepon yang nyaris tak terjangkau, hingga air yang kerap mati karena masih menumpang dari irigasi warga desa, tak menyurutkan niatnya. Setiap akhir pekan, Aulia bolak-balik sejauh 100 kilometer demi bertemu dengan istrinya yang tinggal di kota berbeda.
Namun, menurut Aulia, tantangan terbesar bukanlah soal minimnya fasilitas. Tantangan sesungguhnya adalah bagaimana menyampaikan materi kepada murid-muridnya yang memiliki latar belakang kemampuan yang sangat beragam.
“Anak-anak ini datang dari berbagai daerah dengan kemampuan yang berbeda-beda,” ungkapnya. “Ada yang baru belajar membaca Al-Qur’an, ada pula yang sudah hafal 30 juz dan sedang mengambil sanad.”
Sebagai pengajar, ia harus mampu menyatukan mereka dalam satu metode pembelajaran yang bisa diterima semua. Bagaimana menyampaikan materi yang bisa dipahami oleh mereka yang baru belajar, tanpa membuat yang sudah mahir merasa tertinggal? Ini adalah pertanyaan yang selalu terlintas di benaknya.
Bersama puluhan mahasiswa yang dibinanya secara intensif, ia menjalankan program Penguatan Bahasa dan Al-Qur’an di tahun pertama. Program ini bertujuan membenarkan bacaan, hafalan, serta pemahaman bahasa Arab, termasuk kaidah nahwu dan sharaf.
“Intinya, mereka dibina dalam tahsin, bahasa Arab, dan adab,” jelasnya.
Program Literasi sebagai Jembatan Ilmu
Di tengah keterbatasan akses bahan bacaan, program literasi berupa pemberian majalah gratis dari “Support Journalism for The Ummah” menjadi angin segar bagi Aulia dan murid-muridnya. Majalah-majalah ini bukan sekadar bacaan tambahan, tetapi telah menjadi rujukan dalam proses pembelajaran sehari-hari.
“Majalah ini adalah jembatan literasi yang menghubungkan tempat pengabdian kami di pelosok kaki Gunung Penanggungan dengan perkembangan wawasan Islam yang lebih luas,” tuturnya.
Salah satu artikel yang menurutnya sangat bermanfaat adalah tema “Kurikulum dalam Peradaban Islam”. Artikel ini membahas sejarah dan metode ulama dalam menyusun kurikulum pendidikan Islam di masa lalu. Materi ini memberikan panduan berharga dan menambah wawasan bagi Aulia tentang kurikulum yang baik dan sesuai.
Tak hanya memperkaya wawasan, majalah ini juga membuka cakrawala baru tentang kerasnya perjuangan dakwah di medan yang lebih berat. Rubrik “Serial Da’i” menyajikan kisah-kisah inspiratif para da’i yang berjuang di pedalaman, di tengah keterbatasan dan rintangan yang luar biasa.
Bagi murid-murid Aulia, kisah-kisah ini memberikan perspektif baru yang menambah semangat mereka. Ketika membaca tentang da’i yang harus berjalan berpuluh-puluh kilometer tanpa kendaraan atau mengajar di daerah yang jauh dari listrik dan air bersih, mereka sadar bahwa tantangan yang mereka hadapi saat ini hanyalah awal dari perjalanan dakwah yang sebenarnya.
“Dari kisah-kisah itu, mereka belajar bahwa dakwah tidak selalu mulus. Tapi dengan tekad yang kuat, segala rintangan bisa dilalui,” jelas Aulia.
Dedikasi Aulia kepada murid-muridnya, kepada ilmu, dan kepada dakwah, bukanlah sesuatu yang dapat dinilai dengan materi. Di kaki Gunung Penanggungan yang sunyi, ia menanam benih-benih dakwah yang kelak akan tumbuh menjadi pohon-pohon besar yang kuat, mengakar di seluruh pelosok negeri.
Dengan tekad baja dan hati yang penuh cita-cita, Aulia terus melangkah. Menembus sunyi dan sepi, membawa cahaya ilmu ke ujung-ujung negeri, di mana lentera umat akan terus menyala.
Melalui program literasi 1.000 majalah untuk guru ngaji dan da’i, kita semua dapat mendukung para da’i dan guru ngaji dengan memperkuat literasi mereka. Dukungan Anda akan menjadi bagian penting dalam perjalanan panjang membangun masa depan dakwah yang lebih cerah di seluruh pelosok negeri.
Mari ambil bagian dalam program literasi ini dan bantu hadirkan 1.000 majalah untuk para da’i dan guru ngaji di seluruh penjuru Nusantara.
Dukung gerakan Journalism4Ummah untuk mengangkat suara umat, memperkuat literasi da’i dan guru ngaji, dan mengawal isu keumatan dengan konten yang bermakna, berdampak, dan relevan.
info lengkap: https://bit.ly/3ZQR3ia