Hidayatullah.com—Sekitar 260 juta orang di Asia Tenggara – sekitar satu dari tujuh – hidup dengan kondisi kesehatan mental, dan banyak dari mereka tidak menerima perawatan tepat waktu, kata seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kondisi kesehatan mental sangat umum terjadi di kawasan ini, kata Dr Andrea Bruni, penasihat regional WHO untuk kesehatan mental di Asia Tenggara, kepada Channel NewsAsia (CNA).
Penasihat regional WHO untuk kesehatan mental di Asia Tenggara, Dr. Andrea Bruni mengatakan masalah kesehatan mental sangat umum di wilayah tersebut. Dia mengatakan ada kesenjangan besar dalam perawatan masalah kesehatan mental.
“Di beberapa negara, pengobatan mencapai 90 persen,” ujarnya.
“Ini berarti sekitar 90 persen orang dengan masalah kesehatan mental gagal menerima perawatan dan perawatan tepat waktu atau tidak menerima keduanya sama sekali,” kata dia.
Dia mengatakannya dalam sebuah wawancara dengan Channel News Asia (CNA) bersamaan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023. Sementara itu, Andrea mengakui stigma seputar masalah kesehatan mental juga masih lazim di Asia Tenggara.
“Biasanya, stigma ini diterjemahkan menjadi diskriminasi individu dalam kondisi tersebut,” ujarnya serius.
Faktanya, stigma itu sangat signifikan bagi orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang serius, katanya.
Dia menambahkan bahwa mitos umum yang tersebar luas di wilayah ini adalah bahwa individu dengan masalah seperti perlu menerima perawatan, perawatan dan dukungan di lembaga kesehatan mental, rumah sakit jiwa dan pusat suaka.*