APAKAH Anda seorang pendukung atau penentang rokok elektronik (e-rokok), yang jelas penggunaannya secara dramatis telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, bersamaan dengan peningkatan laporan pengaduan ke pusat-pusat keracunan terkait rokok tersebut.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merilis laporan yang menganalisis data pengaduan ke lembaga-lembaga yang menangani keracunan di Amerika Serikat terkait e-rokok dari tahun 2010-2014.
Laporan ini membandingkan jumlah pengaduan e-rokok dengan rokok tembakau biasa. Salah satu perhatian utama dari berbagai ahli kesehatan adalah potensi e-rokok menyebabkan keracunan akut nikotin. Hal ini karena para pengguna e-rokok masih menambahkan nikotin, meskipun e-rokok tidak mengandung bahan kimia yang khas terdapat pada rokok tembakau. Alasan e-rokok masih dicampuri nikotin dianggap untuk membantu para perokok menyapih diri dari rokok biasa.
Studi ini menemukan, ada 2.405 laporan untuk e-rokok dibandingkan dengan 16.248 laporan untuk rokok biasa di seluruh AS pada periode empat tahun. Para peneliti mengamati ada peningkatan laporan, yaitu mulai dari satu orang pengaduan pada September 2010, menjadi 215 pengaduan pada Februari 2014.
Sementara untuk rokok biasa berkisar dari 301 sampai 512 pengaduan per bulan, lebih sering terjadi sepanjang musim panas. Pengaduan terhadap e-rokok biasanya terkait dengan pernafasan, mata, atau kulit. Umumnya terkait dengan penghirupan. Para pengadu menyampaikan sering muntah, mual, atau mengalami iritasi mata.
“Laporan ini bisa menjadi sinyal bahaya terkait e-rokok. Nikotin cair yang digunakan dalam e-rokok bisa berbahaya,” kata Direktur CDC Tom Frieden, dimuat Medical Daily, Sabtu (7/6/2014).
“Penggunaan e-rokok meroket dan keracunan akan terus berlanjut. Cairan e-rokok yang sekarang dijual juga merupakan ancaman bagi anak-anak kecil karena karena tidak ada pencantuman peringatan. Nikotin itu dalam bentuk permen dan rasa buah yang menarik bagi anak-anak.”
Meskipun CDC dan Food & Drug Administration (Pengawas Makanan dan Obat-obatan) sedang merancang langkah-langkah untuk pembatasan terhadap e-rokok, beberapa studi justru menunjukkan manfaat dari perangkat e-rokok. Satu studi, yang diterbitkan dalam jurnal Addiction baru-baru ini menyebutkan, 60 persen perokok memungkinkan bisa berhenti merokok jika menggunakan e-rokok, yang kenyataannya lebih efektif daripada aroma atau permen karet nikotin.
“E-rokok secara substansial dapat meningkatkan kesehatan masyarakat karena dorongan yang luas dan keuntungan kesehatan yang besar terkait dengan upaya berhenti merokok,” kata Robert West, penulis penelitian itu.
Apakah memang akan memberikan manfaat kesehatan pada masyarakat atau justru memberikan bencana kesehatan, masih belum diketahui jelas. Yang sudah pasti e-rokok telah menyebabkan peningkatan laporan atas keracunan, yang kemungkinan besar disebabkan nikotin.
“Laporan terhadap penggunaan e-rokok, yang pertama kali dipasarkan di Amerika Serikat pada tahun 2007, sekarang terdapat pengaduan sebanyak 41,7%, baik dari e-rokok dan maupun rokok tembakau setiap bulan (ke pusat-pusat penanganan keracunan),” kata penulis laporan tentang bahaya keracunan e-rokok itu.
“Penyedia layanan kesehatan; komunitas kesehatan masyarakat; produsen e-rokok, distributor, penjual, dan pemasar; dan masyarakat, harus menyadari bahwa e-rokok memiliki potensi menyebabkan efek samping akut kesehatan dan akan memunculkan masalah kesehatan masyarakat,” kata penulis laporan.*