NYAWA tiga juta perempuan dan bayi bisa diselamatkan setiap tahun pada tahun 2025 hanya dengan investasi tahunan sekitar satu dolar per kepala dalam perawatan bersalin yang lebih baik, kata para peneliti, Selasa (20/5/2014).
Saat ini sekitar 8.000 bayi yang baru lahir meninggal dan 7.000 lainnya langsung meninggal saat lahir setiap hari. Kurang lebih jumlahnya per tahun masing-masing 2,9 sampai 2,6 juta, menurut review dari 195 negara yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.
Sebagian besar kematian mestinya dapat dihindari. “Ada yang mendesak, kebutuhan yang belum terpenuhi untuk menyediakan tepat waktu, yakni perawatan yang berkualitas tinggi bagi ibu dan bayi sekitar waktu kelahiran,” kata peneliti, Joy Lawn dari Pusat Reproduksi Ibu dan Kesehatan Anak di London School of Hygiene dan Tropical Medicine.
“Setiap tahun, satu juta bayi meninggal pada hari kelahiran mereka –umurnya hanya sehari. Tanpa investasi yang lebih besar untuk meningkatkan hasil kelahiran, pada 2035 akan ada 116 juta kematian untuk ibu, bayi baru lahir, dan bayi yang belum lahir.
Sekitar seperempat juta wanita di seluruh dunia meninggal setiap tahun akibat komplikasi saat akan atau dalam proses melahirkan bayi.
Biaya tahunan tambahan untuk masa kehamilan dan perawatan melahirkan bagi 90 persen perempuan dan bayi di dunia pada tahun 2025 akan berjumlah sekitar 5,65 miliar dolar pada 2025, kata tim. Sekitar 1,15 dolar per orang bagi mereka yang tinggal di 75 negara dengan resiko tinggi.
Mereka menghitung, biaya tersebut dapat menyelamatkan nyawa 1,9 juta bayi yang baru lahir dan 160.000 perempuan, dan mencegah 820.000 bayi lahir meninggal per tahun pada tahun 2025.
Perawatan yang tepat tersebut berupa pemeriksaan kehamilan, pertolongan saat lahir, gizi yang cukup setelah melahirkan, kampanye ASI, pengendalian infeksi, akses ke obat-obatan, penyediaan bidan dan perawat terlatih, dan perawatan spesialis tepat waktu.
Setengah dari kematian bayi yang baru lahir di dunia terjadi di lima negara: India (779.000) , Nigeria (276.000), Pakistan (202.400), China (157.000), dan Republik Demokratik Kongo (118.000) , kata studi tersebut, dimuat di The News International, Selasa (20/5/2014).
“Seorang bayi prematur setidaknya 11 kali lebih mungkin untuk meninggal jika lahir di Afrika daripada di Eropa atau Amerika Utara,” kata para peneliti.
Kecenderungan saat ini, kondisinya mundur lebih dari 110 tahun untuk bayi yang lahir di Afrika jika dibandingkan satu bayi yang lahir di Amerika Utara atau Eropa.
Para peneliti mengatakan, saat dilahirkan masalahnya “tak terlihat” karena sebagian besar tidak pernah mendapat akte kelahiran atau akte kematian. Kemudian tidak ada target untuk mengurangi kematian bayi.
Banyak bayi yang baru lahir juga tidak pernah didokumentasikan. ” Fatalisme ini karena kurangnya perhatian, dan kurangnya investasi, sebagai alasan di balik ketertinggalan dalam mengurangi kematian bayi baru lahir dan mengurangi bayi lahir mati,” kata Lawn.
“Sesungguhnya, semua kematian bisa dicegah,” katanya. PBB sebenarnya telah menargetkan pengurangan dua pertiga kematian balita antara 1990 dan 2015.*