Hidayatullah.com | DALAM kitab “Furu’ Al-Imam Ibnu Muflih” disebutkan, suatu hari seseorang mengatakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal bahwa kesehatan itu terdiri dari sepuluh bagian, dan sembilan di antaranya adalah at-taghaful (melupakan) kesalahan orang lain. Imam Ahmad berkata, “Kesehatan itu sepuluh bagian dan semuanya adalah at-tagal.”
Orang-orang Arab terdahulu sering menggambarkan pemimpin dan tokoh besar dan mulia dengan sifat al-lagitatud! (melupakan kesalahan orang lain), dan juga silat pemalu.
Adab tidak bertanya, pura-pura cuek, menutup mata terhadap aib merupakan sikap yang disukai. Sedangkan pada masalah agama dan kehormatan tentu tidak baik jika bersikap at-taghaful, apalagi pada perkara-perkara yang diwajibkan.
Sungguh wahai saudaraku, jika engkau melakukan apa yang saya perintahkan kepadamu yaitu tidak bertanya dan menutup mata pada aib saudaramu -selama tidak melanggar syariat-maka itu adalah sikap terpuji dan menjadi sebab kebahagiaanmu.
Al-Fudhail bin lyadh berkata, “Pemuda sejati adalah yang memaafkan kesalahan kesalahan yang dilakukan saudaranya. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Imru bin Utsman AlMakki, dia berkata, “muru’ah adalah melupakan kekeliruan-kekeliruan saudaramu.
Al-Fudhail bin lyadh juga berkata, “Siapa yang berusaha mencari teman tanpa cacat maka selamanya dia tidak akan punya teman.” (dalam Akhlak Ulama Salaf dalam Bergaul, Al Kautsar, 2013).*