Potret generasi Al-Muzammil adalah seorang pemuda yang telah melewati pubertas-nya dengan kecintaan pada ibadah, ketaatan, dan taqorrub kepada-Nya
Hidayatullah.com | ISLAM mengenalkan umatnya qiyamul lail, salah satu istilah serangkaian ibadah di malam hari. Qiyamul lail, diawali dengan turunnya Surat Al-Muzammil.
Ceritanya, para sahabat merupakan juru dakwah dididk dengan gemblengan yang berat. Selama satu tahun mereka harus bangun di tiap tengah malam untuk berdiri shalat berjam-jam.
Mereka dituntut untuk taat, tunduk, patuh dan berpegang teguh pada perintah Allah dan Rasul-Nya.Kewajiban qiyamul lail bukanlah sekadar berdiri sholat berjam-jam.
Tetapi ia merupakan tarbiyah imaniyah. Tarbiyah untuk selalu berhubungan dengan Yang Maha Pencipta, untuk bermunajat ke pada-Nya.
Ia merupakan wasilah untuk mendekatkan diri, berdzikir dan bertawakkal kepada-Nya.
وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَیۡهِ تَبۡتِیلࣰا رَّبُّ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱتَّخِذۡهُ وَكِیلࣰا
“Sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketaatan, (Dialah) Rabb masyriq dan maghrib, tiada Illah melainkan Dia. Maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (QS: Al-Muzammil : 8-9).
Sungguh! Berdzikir kepada Allah taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, bertawakkal dan beribadah hanya kepada-Nya, merupakan senjata yang ampuh di medan dakwah yang penuh dengan rintangan dan cobaan.
Semuanya akan menjadikan para du’at dan mujahid terbiasa untuk bersabar atas cobaan yang datang secara beruntun. Mereka akan terbiasa menanggung derita dan konsisten dalam mempertahankan haq.
Ini semua merupakan satu satunya senjata pada marhalah bina’. Marhalah yang belum diizinkan untuk menghadapi kaum kafir secara langsung.
وَاصۡبِرۡ عَلٰى مَا يَقُوۡلُوۡنَ وَاهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرًا جَمِيۡلًا
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS: Al-Muzammil : 10).
Sungguh seorang da’i atau mujahid yang diatas pundaknya terbebankan panji-panji dakwah, pasti akan mendapati cobaan, siksaan dan intimidasi, dan tentu sangat membutuhkan senjata untuk mengukuhkan mereka. Senjata yang meneguhkan hati dan jiwa mereka.
Mereka hanya akan mendapatkannya jika dalam marhalah bina’ mereka telah digembleng dengan gemblengan Al-Muzammil. Dan sebagai juru dakwah jika tidak menggembleng generasinya dengan gemblengan Al-Muzammil, mereka akan berjatuhan di tengah jalan ketika mereka dihadapkan pada cobaan dan intimidasi.
Generasi Al-Muzammil harus dibina dibawah konsep qur’ani. Perlu diingat makna qiyamul lail tidak akan pernah terealisir selama cAl-n da’i atau mujahid tidak hafal ayat-ayat Al-Quran kecuali beberapa ayat saja.
Bagaimana ia akan merasakan nikmatnya bermunajat, sedangkan ia hanya hafal beberapa ayat dari Al-Quran dan diulangnya tiap rokaat sholatnya? Bagaimana ia akan merasa khusyu’?
Sungguh! betapa nikmat, tatkala kaki berdiri tegak untuk memulai munajat, hati tergerak disinari ayat-ayat Ilahi, yang kemudian dibiaskan ke dalam penglihatan, pendengaran, jiwa dan kehidupan.
Untuk menghasilkan generasi Al-Muzammil yang tangguh, harokah islamiah harus mengonsep, pada umur 20 tahun seorang anggota harus sudah hafal sebagian besar ayat-ayat Al Qur’an. Inilah yang akan menjadi bekal mereka.
Dengan bekal ini, mereka akan bisa mereguk nikmatnya bermunajat, qiyamul lail dan bertaqorrub kepada-Nya.
Potret generasi Al-Muzammil adalah seorang pemuda yang telah melewati pubertas-nya dengan kecintaan pada ibadah, ketaatan, dan taqorrub kepada-Nya. Pemuda yang selalu bertilawah dengan tartil, yang setiap malam air mata mengucur deras dari pelupuk matanya.
Subhanallah, indahnya menjadi generasi Al-Muzammil.*/Abu Jundullah
***
Zaman Revolusi Media | Media lemah, da’wah lemah, ummat ikut lemah. Media kuat, da’wah kuat dan ummat ikut kuat
Langkah Nyata | Waqafkan sebagian harta kita untuk media, demi menjernihkan akal dan hati manusia
Yuk Ikut.. Waqaf Dakwah Media
Rekening Waqaf Media Hidayatullah:
BCA 128072.0000 Yayasan Baitul Maal Hidayatullah
BSI (Kode 451) 717.8181.879 Dompet Dakwah Media