SUDAH selayaknya kita mengenal orang-orang pilihan yang memiliki berbagai keutamaan. Sebab, mengenang mereka akan dapat menghidupkan hati. Kita semua memerlukan sosok teladan dan contoh.
Muslim meriwayatkan dari Abu Barzah, bahwasanya Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam berada dalam satu peperangan. Kemudian Allah menakdirkan beliau mendapatkan harta fai’. Beliau bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
Para sahabat menjawab, “Ya, yaitu fulan, fulan, dan fulan.”
Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
Sahabat menjawab, “Ya, fulan, fulan, dan fulan.”
Untuk ketiga kalinya, beliau bertanya, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
“Ya, fulan, fulan, dan fulan,” kata para sahabat.
Beliau bersabda, “Tapi aku kehilangan Julaibib, carilah dia!”
Para sahabat pun mencarinya di tengah-tengah para korban yang terbunuh. Akhirnya, mereka berhasil menemukannya berada di dekat tujuh mayat. Ketujuh mayat ini ia bunuh sebelum akhirnya musuh berhasil membunuhnya.
Tak lama kemudian, Nabi datang. Beliau berhenti sejenak, lalu bersabda, “Ia telah membunuh tujuh orang sebelum akhirnya mereka membunuhnya. Orang ini termasuk golonganku dan aku termasuk bagian darinya, orang ini termasuk golonganku dan aku termasuk bagian darinya.”
Kemudian beliau menggotong jasadnya dengan kedua tangan beliau yang mulia. Hanya kedua tangan beliau yang mengangkatnya, tidak ada yang lain.
Setelah itu, beliau menggalikan kuburnya dan meletakkannya di sana, tanpa terlebih dahulu dimandikan.
Sabda Nabi tentang diri Julaibib, “Orang ini termasuk golonganku dan aku termasuk bagian darinya,” mengandung makna yang menegaskan betapa keduanya memiliki kesamaan langkah dalam hal ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena Julaibib mati syahid, beliau tidak memandikan dan tidak menshalatkannya. Begitulah Islam mengangkat derajat Julaibib, dan menghinakan orang-orang semacam Abu Jahal dan Abu Lahab.
Hadits di atas berisi anjuran untuk mengenal orang-orang shalih, menanyakan keadaan mereka, menampakkan keutamaan mereka, dan mengenali nilai mereka, meski orang shalih tersebut tidak terkenal. Anjuran ini lebih ditekankan lagi bagi orang yang menjadi pemimpin (dalam firman-Nya), “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).*/Sa’id Abdul ‘Azhim, dikisahkan dalam bukunya Bertakwa Tapi Tak Dikenal. [Tulisan selanjutnya]
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/