Sambungan artikel PERTAMA
Kepindahan Mr. Clean ke Jakarta
Ayahnya wafat, saat Mr. Clean masih duduk dibangku SMP kelas 2. Anak ke-6 dari 8 bersaudara ini, selepas lulus dari SMA, oleh kedua kakanya yang sudah menikah diboyong ke Jakarta, bersama ibu dan semua saudaranya. Di Jakarta, arek Suroboyo ini menemukan dunia barunya menjadi mahasiswa dan aktivis kampus.
Saat Mr. Clean tiba di Jakarta dan menjadi mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada dekade 1960-an, pembangunan kota tengah gencar-gencarnya digalakan, salah satunya pembangunan Gelora Bung Karno sebagai persiapan menjadi Tuan Rumah Asian Games 1962. Proyek prestisius dengan menelan biaya sangat besar yang dibangun oleh Presiden Sukarno itu antaranya Patung Selamat Datang yang berada di tengah Bunderan HI, Wisma Nusantara, Hotel Indonesia dan Sarinah.
Sebagai aktivis kampus, Mr. Clean aktif dalam pergerakan mahasiswa, bahkan sempat jeda karena kegiatan perkuliahan dibekukan oleh Pemerintah. Ia terlibat dalam berbagai aksi demonstrasi mengkritisi pemerintah. Mr. Clean pernah menjadi Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan sebagai ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Periode pemerintahan Sukarno menjadi sangat penting bagi HMI di masa itu, hingga terancam dibubarkan oleh rezim yang berkuasa karena perseteruannya dengan Partai Komunis Indonesia. Puncaknya pada saat Gerakan 30 September atau gestapu menjadi pecah, Mr. Clean kembali berjumpa dengan aktvis asal almamaternya Al-Irsyad Al-Islamiyyah, menyusun kekuatan bersama dalam kesatuan aksi para mahasiswa, pelajar dan pemuda dari berbagai golongan dan agama, sebuah perjuangan damai untuk membubarkan PKI dan mengadili dalangnya.
Lepas kuliah dan setelah berhasil meraih gelar terakhirnya sebagai Master of Arts in Economics, dari Universitas Indonesia, Mr. Clean mulai meniti kariernya di Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara Kementerian Keuangan pada 1969 – 1972. Berlanjut kemudian pada 1972 – 1988, Ia mengabdikan dirinya di Direktorat Jenderal Pembinaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Kementerian Keuangan, dengan jabatan terakhirnya sebagai Direktur.
Meski kariernya sempat terganjal akibat tercium oleh pihak Istana yang mensinyalir dirinya merupakan aktivis Islam garis keras sebagai anggota HMI, akhirnya Ia menduduki jabatan pentingnya dalam pemerintahan Orde Baru, Ia pun akhirnya diangkat menjadi Direktur Jenderal Pajak 1988 – 1983.
Di masa periode kepemimpinannyalah, Ia berhasil mengubah nama Kantor Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Perubahan nama yang dilakukannya itu adalah sebuah terobosan yang mampu menyadarkan masyarakat, bahwa pajak adalah alat pembangunan yang senantiasa dimanfaatkan untuk melayani segala kepentingan rakyat.
Karier terakhir dan tertingginya dalam birokrasi permerintahan adalah saat dirinya diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Pembangunan VI, 17 Maret 1993. Prestasi yang ditorehkannya selama 5 tahun menjabat sebagai Menteri Keuangan tersebut, Indonesia pernah dinobatkan sebagai pelopor di Asia Tenggara dalam bidang perekonomian.
Tahun 1995, majalah Asiamoney yang berpusat di Hong Kong memberinya penghargaan kepada Mr. Clean sebagai Menteri Keuangan terbaik, karena kemampuannya dalam mempertahankan posisi indonesia di kondisi yang sangat sulit kala krisis ekenomi tengah mendera Bangsa Indonesia.
Atas pengabdian jasanya terhadap negara, pemerintah memberinya anugerah Bintang Maha Putra, sebuah penghargaan tanda kehormatan tertinggi kedua yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Saat akan menerima penghargaan itu di istana negara, Mr.Clean datang dengan mengendarai mobil kijang bututnya, sontak penjaga istana menghadang tapi seketika itu juga tersentak, dari balik jendela kaca mobil butut yang dibukanya, dihadapannya adalah seorang pejabat negara sekelas menteri yang menjadi tamu khusus, sebagai penerima Bintang Maha Putra yang akan disematkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia.
Penggalan peristiwa yang membuat penjaga gerbang istana takjub dan kisah perjalanan hidup Mr.Clean, sosoknya yang legendaris pernah dirilis dalam sebuah Film Dokumenter Mar’ie Muhammad berdurasi 5 menit 44 detik dan diunggah di akun Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri Mulyani sendiri disebut-sebut merupakan pengagum sosoknya yang menjadi suri tauladan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dr.H. Mar’ie Muhammad M.Si, alumnus SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah cabang Surabaya ini, wafat di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta, Ahad, 11 Desember 2016, pada pukul 01.37 WIB, usia 77 tahun
Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tahun 1971 ini, dimakamkan di TPU Tanah Kusir, padahal negara sudah mempersiapkan agar jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Tapi permintaan itu ditolak, sesuai permintaan almarhum semasa hidupnya.
Almarhum pernah menduduki beberapa posisi penting, diantaranya sebagai Ketua Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), Ketua Oversight Committee (OC) BPPN, Ketua Komite Kemanusiaan Indonesia (KKI), Ketua Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) dan Komisaris utama PT Bank Syariah Mega Indonesia.
Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Republik Indonesia saat ini, memberikan kesan khusus kepada Mar’i Muhammad saat beliau menjabat sebagai ketua PMI; “PMI dan Pak Mar’ie Muhammad adalah suatu simbol yang saya harap bisa terus diperkuat daya ingat kita untuk terus menjaga persaudaraan dalam kemanusiaan”.*
Ketua Pusat Dokumentasi Dan Kajian Al-Irsyad Bogor