TERMASUK tanda-tanda bagi pribadi Muslim adalah sederhana dalam berbagai hal, serta tak melakukan pekerjaan-pekerjaan tak berfaedah. Ia tidak mengikuti suatu pertemuan atau perkumpulan yang tak bermanfaat.
Manakala berada di tengah orang banyak, ia tidak banyak bicara yang tak karuan. Selain itu, ia pun tidak suka campur tangan dalam pembicaraan dua orang yang tak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Ia selalu berjalan di atas kaidah Islam yang lurus, seperti telah digariskan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam dalam sabdanya,
“Di antara kebaikan Islamnya seseorang, adalah meninggalkan sesuatu yang tak berfaedah baginya.”
Dalam riwayat lain dikatakan, “Sesungguhnya kebaikan Islamnya seseorang adalah sedikit pembicaraan yang tak berfaedah baginya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Islam itu disempurnakan dengan ketaatan yang sempurna, dengan meninggalkan segala sesuatu yang haram, sebagaimana sabda Rasulullah, “Seorang Muslim adalah yang kaum Muslimin selamat dari tangannya, serta dari perkara-perkara yang tak bermanfaat bagi orang Muslim.”
Perkara-perkara yang tidak bermanfaat itu seperti tindakan kekanak-kanakan dan hal-hal yang sia-sia, misalnya membicarakan privacy orang lain dan berbicara yang kelewat batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hamba-hamba-Nya yang pengasih, yaitu mereka memiliki berbagai ciri kepribadian islami. Di antara sifat mereka adalah tidak terlibat dalam kesia-siaan dan tidak membicarakan hal-hal yang tak bermanfaat.
Allah telah menyatakan, “Jika mereka melewati kesia-siaan, mereka lewat dengan (tetap) menjaga kemuliaannya.”
Segala sesuatu yang diucapkan seseorang ada hisab di sisi-Nya, tertulis di sisi-Nya, dan Allah memperhitungkannya, seperti yang Dia firmankan, “Ucapan apa pun yang dilafazhkan, niscaya malaikat Raqib dan ‘Atid selalu mengawasinya.” (Qaf: 18).
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang ditaati di tengah kaumku. Lantas apa yang mesti kuperintahkan kepada mereka?” Sahut Rasulullah kepadanya, “Perintahkanlah mereka untuk menebarkan kedamaian, dan sedikit pembicaraan kecuali apa yang bermanfaat bagi mereka.”
Al-Qur’anul Karim telah menyebutkan sifat-sifat orang-orang yang suka berbuat dosa:
“Dan kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.” (al-Mudatsir: 45).
Dalam banyak pembicaraan ada kejahatan dan kebathilan. Jika seorang Muslim mendapati orang yang memperbanyak pembicaraan, dengan ungkapan-ungkapan yang tidak menentu, maka tidak dibenarkan untuk memihak kepada mereka. Allah menjelaskan, “Dan janganlah kamu duduk bersama mereka sampai mereka membicarakan hal lain.” (al-Nisa’: 140).
Dalam firman yang lain Allah menjelaskan, “Dan jika engkau melihat mereka mengolok-olok ayat-ayat Kami, maka berpalinglah dari mereka sampai mereka membicarakan hal lain.” (al-An’am: 68).*/Dr. Ahmad Umar Hasyim, dalam bukunya Menjadi Muslim Kaffah. [Tulisan selanjutnya]