SIAPA golongan yang mendapat pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut, mari kita perhatikan hadits-hadits Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam berikut ini:
“Akan senantiasa ada di kalangan umatku yang memperjuangkan kebenaran, yang tidak akan membahayakan mereka sedikit pun orang-orang yang menghinakannya hingga datang keputusan Allah (kiamat).” (diriwayatkan oleh Muslim).
Rasulullah bersabda:
“Bila penduduk Syam rusak, maka tidak ada kebaikan lagi pada kalian. Dan akan senantiasa ada di kalangan umatku yang mendapat pertolongan (dari Allah), di mana penghinaan orang-orang tidak akan membahayakan mereka sedikit pun hingga hari kiamat.” (Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).
Ibnu Mubarak berkata, “Menurutku, mereka adalah para ahli hadits.”
Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Jika kelompok yang mendapatkan pertolongan (dari Allah) itu bukan para ahli hadits, maka saya tidak tahu siapa mereka.”
Para ahli hadits, karena secara khusus mempelajari dan mendalami sunnah Nabi dan hal-hal yang berkaitan dengannya, maka mereka menjadi orang-orang yang paling tahu tentang sunnah Nabi Saw; akhlaknya, liku-liku peperangannya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan sunnah.
Imam Syafi’I pernah berkata kepada Ahmad bin Hanbal, “Engkau lebih tahu tentang hadits daripada aku. Bila sampai kepadamu hadits shahih, maka beritahulah kepadaku, sehingga aku akan bermadzhab dengannya, baik itu madzahab Hijaz, Kufah, atau Bashrah.
Para ahli hadits—semoga Allah mengumpulkan kita bersama mereka—tidak fanatik kepada pendapat orang tertentu, betapa pun tinggi derajat orang tersebut. Mereka hanya fanatik kepada Rasulullah.
Berbeda dengan yang bukan ahli hadits dan yang tidak mau mengamalkannya, mereka fanatik kepada imam-imam mereka, padahal para imam sendiri melarang hal itu —sebagaimana para ahli hadits fanatik kepada sabda-sabda Rasulullah. Oleh karena itu, memang tidaklah mengherankan bila ahli hadits menjadi kelompok yang mendapat pertolongan dan termasuk golongan yang selamat.
Al-Khatib Al-Baghdadi di dalam kitabnya Syaf Ash-habi Al-Hadits berkata, “Jika orang-orang yang suka ra’yu (akal)nya dalam memahami agama itu mau sibuk mempelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya dan mau mempelajari hadits-hadits Rasul Tuhan semesta alam, niscaya mereka akan mendapatkan sesuatu yang membuat mereka tidak membutuhkan lagi selain hadits-hadits. Sebab hadits mengandung pengetahuan tentang dasar-dasar ketahuidan, menjelaskan tentang janji-janji dan ancaman Allah, menerangkan sifat-sifat Tuhan semesta Alam, menggambarkan perihal surga dan neraka, dan apa saja yang telah disediakan oleh Allah di dalamnya untuk penghuninya masing-masing, serta menceritakan apa saja yang telah Allah ciptakan, baik yang ada di langit maupun di bumi.
Di dalam hadits terdapat kisah-kisah para nabi dan berita-berita tentang orang-orang yang zuhud, dan tentang kekasih Allah. Juga berisi nasehat orang-orang bijak, perkataan para ahli fikih, serta khutbah-khutbah Rasul beserta mukjizat-mukjizat beliau.
Di dalam hadits terkandung penjelasan Al-Qur’an, kabar-kabar, peringatan yang penuh kebijaksanaan, dan pendapat para sahabat tentang berbagai hukum.
Allah menjadikan ahli hadits sebagai tiang pancang syariat. Melalui tangan mereka, Allah menghancurkan segala bentuk bid’ah. Mereka adalah orang-orang di amanahi oleh Allah di tengah-tengah seluruh makhluk-Nya. Mereka adalah penghubung antara Nabi dengan para umatnya. Mereka adalah orang-orang yang menjaga keontentikan isi hadits. Cahaya mereka senantiasa berkilau dan kemuliaan mereka tidak akan pernah sirna.
Setiap golongan akan selalu memperturutkan hawa nafsu dan mendahulukan akal pikirannya, kecuali para ahli hadits. Kitab Allah adalah bekal para ahli hadits , sedang hadits adalah alat hujjah mereka. Rasulullah adalah termasuk dalam kelompok mereka, sekaligus kepada beliaulah mereka menisbahkan diri.
Mereka tidak memperdulikan lagi banyaknya pendapat dari pikiran orang. Barang siapa membuat mereka susah, niscaya Allah akan membinasakan, dan barang siapa memusuhi mereka, niscaya Allah akan membuatnya terhina.
Wahai Allah jadikanlah kami termasuk golongan para ahli hadits, berikanlah kami kekuatan untuk mengamalkannya, dan membantu orang-orang yang hendak mengamalkannya.*/Sudirman (dari buku al-Furqotun Najiyah, penulis Syaikh Muhammad Jamil Zainu)