Oleh: Musthafa Luthfi
PADA Ramadahan tahun ini 1432 H (2011), hampir seluruh dunia Arab serempak memulainya pada Senin (1/08/2011) kecuali Maroko yang mulai melaksanakan puasa pada Selasa (2/08/2011). Suasana yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya adalah, Ramadhan kali ini berlangsung pada saat sejumlah negara Arab menghadapi tuntutan perubahan dan bahkan sebagian lainnya mengalami bentrokan berdarah.
Meskipun sebagian kecil saja dunia Arab yang menghadapi “badai” revolusi tuntutan perubahan, namun hembusan angin perubahan tersebut tetap terasa di seantero kawasan, terutama setelah dua negara Arab, Tunisia dan Mesir sukses menjatuhkan rejim berkuasa. Karenanya tidak berlebihan bila suasana Ramadhan di dunia Arab tahun ini diwarnai perubahan dan tuntutan perubahan yang masih berlangsung yang dikenal dengan Al-Rabie Al-Arabi (musim semi di Arab), mungkin penamaan itu disebabkan tuntutan itu dimulai saat musim semi lalu.
Barangkali yang tidak berubah dari tahun ke tahun terutama sejak dua dekade belakangan ini adalah semarak sinetron Ramadhan yang mengisi paket acara stasion-stasion TV di hampir seluruh negara Arab. Setiap Ramadhan tiba, para pemirsa Arab selalu “dimanjakan“ dengan tayangan-tayangan sinetron terbaru yang membuat mereka betah “melek“ hingga menjelang fajar atau waktu sahur.
Karena itu, biasanya sebelum Ramdhan tiba, bau puasa demikian terasa di negara-negara Arab dengan maraknya iklan-iklan sinetron terbaru lagi menarik yang siap ditayangkan terutama di malam Ramadhan hingga menjelang sahur agar mata siap melek sepanjang malam.
Jauh sebelum semarak sinetron Ramadhan menjejali acara TV bulan puasa di tanah air, stasion-stasion TV di banyak negara Arab sejak awal-awal tahun 90-an abad lalu, ketika TV-TV satelit bermunculan, telah lebih dulu menyajikan berbagai jenis sinetron menarik buat para pemirsa sehingga mereka tetap setia duduk melek di depan layar kaca hingga waktu sahur.
Demikianlah, tradisi yang makin sulit untuk dihilangkan bahkan cenderung makin “meriah” yang menyebabkan tujuan puasa La’allakum Tattaquun (menjadi hamba-hamba yang bertakwa) makin sulit tercapai. Puasa bagi mayoritas kalangan Muslim akhirnya dikhawatirkan hanya sebatas menahan lapar dan dahaga alias sekedar puasa awam.
Anehnya lagi, bagi kalangan aktor dan aktris, sinetron Ramadhan justeru dijadikan ajang meraup keuntungan besar dengan bayaran melonjak tinggi sebab sinetron bulan puasa itu dapat menyedot iklan berlipat ganda dibandingkan hari-hari biasa. Bedanya, pada Ramadhan kali ini, banyak pesinetron papan atas yang rela dikurangi honornya.
Belum dapat dipastikan apakah pengurangan honor itu karena pengaruh revolusi atau tidak. Yang jelas sebuah media Arab online (arabonline) menyebutkan banyak aktor dan aktris papan atas terutama di Mesir yang merelakan honornya dipangkas lebih rendah dari honor tahun sebelumnya pasca revolusi 25 Januari lalu (awal meletusnya unjuk rasa menuntut perubahan di Mesir), padahal biasanya grafik honor mereka dari tahun ke tahun terus menggunung.
Sinetron Ramadhan bagi para bintang senior dan muka baru adalah sebagai sarana untuk membuktikan kebolehan mereka di dunia peran. Bagi kalangan senior dijadikan sarana untuk menunjukkan bahwa mereka masih tetap tampil prima, sedangkan bagi muka baru sebagai sarana untuk mengorbit di layar lebar dan layar kaca berikutnya.
Pendapat para kritikus dunia peran dan publik seputar penampilan para aktor/aktris setelah Ramadhan, biasanya menjadi rujukan penting bagi para sutradara dan produser. Bagi mereka yang dianggap tampil seadanya bakal kesulitan dapat peran untuk sinetron Ramadhan berikutnya atau sinetron luar Ramadhan. Bagi muka baru yang berakting alakadarnya juga bakal kehilangan peluang untuk mengorbit baik di layar lebar maupun layar kaca.
Meskipun sebagian dari sinetron tersebut bernuansa religius, namun sulit diharapkan sebagai sarana pencerahan bagi para pemirsa. Hanya sebagian kecil saja stasion TV Islamis yang dapat diandalkan sebagai sarana pencerahan bagi para pemirsa sebut saja misalnya TV Iqra, Al-Risalah dan beberapa TV Islamis lainnya yang lebih sedikit jumlah pemirsanya.
Dampak revolusi
Negara-negara Arab yang paling banyak memproduser sinetron dan film layar lebar adalah Mesir, Suriah, Libanon disamping beberapa negara di Teluk. Ada hal baru terkait para pesinetron Ramadhan dalam suasana revolusi tahun ini, terutama yang menimpa sebagian kalangan aktor dan aktris papan atas di Mesir pasca revolusi.
Kalangan pelaku dunia peran yang ketiban dampak revolusi itu umumnya mereka yang selama ini dikenal dekat dengan rejim dan bersikap tidak mendukung revolusi.
Sejumlah aktivis telah membuat semacam black list (daftar hitam) kalangan aktor dan aktris Mesir yang dinggap tidak mendukung tuntutan perubahan sebelum rejim berkuasa jatuh.
Para aktivis tersebut, menurut arabonline, kembali menggunakan jejaring sosial untuk menyerukan pemboikotan atas sinetron yang dibintangi sejumlah pemain yang dinggap kontra revolusi alias pendukung rejim. Sebut saja misalnya penyanyi Tamir Hosni yang membintangi sinetron “Adam“, yang dianggap kontra revolusi karena sang artis menganggap Mubarak seperti ayahnya dan kekuasaannya selama 30 tahun adalah takdir yang harus diterima.
Aktris terkenal lainnya negeri Nil itu semisal Ghadah Abdul Razaq juga menjadi target kampanye pemboikotan karena sikapnya yang kontra revolusi. Bahkan pemeran utama sinetron bertajuk Samarah yang mengisahkan tentang isu sosial mengenai upaya pemberantasan narkoba itu, ikut serta dalam unjukrasa pendukung Mubarak sebelum kejatuhannya. Ia dikenal dengan semboyannya saat itu “saya akan jual dunia semuanya demi bapakku Mubarak”.
Sinetron lainnya yang menjadi bulan-bulanan seruan pemboikotan para aktivis adalah “mas`alah karamah” (masalah harga diri) karena dua pemeran utamanya yakni aktor Hassan Yusef dan aktris Afaf Shueib dikenal sebagai pengeritik keras kubu revolusi. Hassan misalnya menganggap kubu revolusi sebagai gerombolan pengacau, pengecut dan antek asing.
Hassan juga sempat meragukan sikap patriotisme kubu revolusi pemuda pada saat unjuk rasa menuntut mundurnya rejim Mubarak. Sementara Afaf lain lagi, ia sempat menyatakan rasa sebal terhadap para pengunjukrasa penuntut perubahan dan menyerukan mereka kembali ke rumah masing-masing dan menghentikan tuntutan mereka.
Lain lagi yang dihadapi aktris Sabirin, pemeran utama sinetron Ramadhan tahun ini bertajuk “Lahzhat Milad” (saat kelahiran) yang sempat mengeritik seruan pengunduran diri segera Presiden Mubarak saat itu. Aktris yang mengorbit menjadi salah satu aktris papan atas lewat keberhasilan aktingnya memerankan Ummu Kulsum (penyanyi legendaris Mesir) itu, dimasukkan daftar hitam karena mengecam tuntutan tersebut yang dianggapnya penghinaan terhadap kepala negara sekaligus Mesir.
Meskipun kalangan aktivis demikian gencar menyerukan pemboikotan terhadap para pesinetron daftar hitam tersebut, tentunya kata terakhir berada di tangan publik penonton. Merekalah yang akan menentukan apakah bersedia tetap setia duduk di layar kaca hingga sahur untuk menonton akting mereka atau merespon seruan boikot tersebut hingga berdampak terhadap kelanjutan profesi mereka di dunia peran di belakang hari.
Paling tidak selama dua dekade belakangan ini, semarak sinetron Ramadhan meskipun banyak dikritik para ulama karena dampak negatifnya lebih besar ketimbang pengaruh positifnya bagi pencerahan umat di bulan suci, tetap saja sebagai tayangan paling ditunggu-tunggu oleh banyak pemirsa. Hampir tidak ada tayangan layar kaca menarik yang selalu ditunggu jutaan pemirsa di Arab selain sinetron terbaru Ramadhan setip tahun.
Pengadilan bersejarah
Hanya mungkin untuk Ramadhan tahun ini ada tayangan lain yang dapat menandingi semarak sinetron Ramadhan itu. Sudah hampir dipastikan bahwa tayangan dimaksud adalah pengadilan bekas penguasa kuat Mesir, mantan Presiden Husni Mubarak beserta kedua anaknya, Alaa dan Jamal Mubarak serta sejumlah kroninya pada 3 Ramadhan lalu.
Pengadilan itu, bukan hanya ditunggu-tunggu rakyat negeri Piramida itu, namun dinantikan oleh hampir seluruh publik Arab bahkan sebagian publik dunia. Karenanya tidak aneh bila aparat keamanan melakukan penjagaan ekstra ketat saat mantan Presiden Mesir Husni Mubarak tiba di Akademi Kepolisian Mesir, di Kairo, tempat mereka diadili Rabu (3/08/2011). Pengadilan lanjutan dijadwalkan pertengahan bulan ini.
Rakyat negeri Lembah Nil itu menyebut pengadilan tersebut merupakan pengadilan bersejarah, karena untuk pertama kalinya seorang presiden Mesir bahkan mungkin kepala negara Arab dihadapkan ke pengadilan setempat karena tuntutan rakyatnya. Pengadilan ini merupakan tuntutan dari pro reformasi yang menumbangkan rezim 30 tahun itu pada 11 Februari 2011. Jadi beda dengan pengadilan Saddam Hussein sebelumnya yang dilakukan oleh pemerintahan boneka AS.
Diperkirakan, sidang lanjutan akan tetap ditunggu-tunggu dan menyedot perhatian publik Mesir dan Arab pada umumnya apalagi sejumlah stasion TV Arab menyiarkan langsung jalannya sidang. Sebagian pengamat menyebut pengadilan itu sebagai bersejarah karena ditengarai sebagai peradilan pertama seorang penguasa Mesir sejak masa dinasti Fir`aun.
Terlepas bagaimana hasil pengadilan tersebut nantinya, yang jelas pengadilan itu sendiri telah membukukan sejarah baru di kawasan sehingga pantas menyedot perhatian publik lebih besar dari hingar bingar sinetron Ramadhan., yang sejatinya hanya menjauhkan publik dari hakikat bulan suci Ramadhan itu sesungguhnya.
Yang diuntungkan tentunya para pelaku dunia peran mulai dari aktor/aktris, produser, sutradara dan perusahaan terkait yang cerdik memanfaatkan bulan suci untuk kepentingan duniawi. Menghadapi kenyataan ini, agaknya yang lebih tepat diucapkan adalah La Haula Wala Quwwata Ila Billah Al-Aliyil Azhim (tidak ada daya upaya kecuali dari Allah Yang Maha Agung lagi Maha Besar) sembari berdoa semoga bangsa-bangsa Muslim senantiasa mendapat petunjuk ke jalan kebenaran.*/Sana`a, 9 Ramdhan 1432 H
Penulis kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Yaman