Oleh: Musthafa Luthfi
MASALAH Palestina, meskipun telah berumur lebih dari 60 tahun akan tetap menjadi perhatian nomor wahid publik negara-negara Muslim bahkan publik dunia karena masih tetap berada di urutan teratas sebagai simbol perjuangan bangsa-bangsa tertindas di era blogalisasi dewasa ini. Diakui maupun tidak, isu Palestina akan tetap sebagai isu paling menonjol di mata publik Arab dan umat Islam sedunia.
Berbagai upaya untuk menjadikannya sebagai isu nomor dua atau isu sampingan tidak mungkin diterima publik apapun alasan yang dikampanyekan oleh pihak-pihak tertentu baik di tingkat regional maupun internasional tuntuk mengelabui mereka. Isu Palestina akan tetap sebagai isu utama setiap pergantian tahun tanpa perdebatan dan sebagai tolok ukur solidaritas sesungguhnya para pemimpin bangsa-bangsa Muslim.
Berbagai konspirasi dari dalam dan luar untuk meredupkan isu tersebut dipastikan tidak akan berhasil sehingga akan tetap membersitkan keyakinan bahwa isu sentral bangsa Arab dan Muslim ini tidak mungkin terus menerus hanya sebagai slogan kosong tanpa aksi nyata apalagi di era perubahan yang melanda dunia Arab dewasa ini. Bahkan dapat dikatakan bahwa salah satu indikasi keberhasilan revolusi Arab adalah kembalinya masalah Palestina sebagai isu nomor wahid yang diperjuangkan secara nyata dan serius.
Pasca serangan brutal Israel atas Gaza akhir 2008 lalu, dan bekas-bekas kehancuran masih terlihat hingga saat ini semakin mempertebal isu tersebut dalam benak bangsa-bangsa di dunia khususnya bangsa-bangsa Muslim. Mereka pasti merasakan sakit hati atau paling tidak malu atas sikap bisu para pemimpin dunia yang selalu mengampanyekan HAM tapi dalam waktu yang sama menutup mata melihat berlanjutnya kebrutalan tentara Zionis.
Sangat mengenaskan melihat tentara-tentara Zionis terus berlatih perang dan mencoba senjata-senjata tercanggih dan mutakhir di wilayah sempit daerah pendudukan Palestina untuk digunakan membantai penduduk Arab Palestina yang tak berdaya. Bagi tentara zionis, wilayah-wilayah sempit itu dijadikan sebagai pusat penemuan atau pemutakhiran senjata-senjata baru yang belum pernah digunakan sebelumnya.
Apabila senjata baru siap dicoba maka para petinggi negeri Zionis tersebut tidak segan-segan mencoba langsung di medan tempur sesungguhnya dengan berbagai dalih yang dibuat-buat terutama menghadapi pejuang-pejuang Palestina yang dicapnya tetoris. Tidak penting bagi mereka berapa banyak bayi, anak-anak, kaum wanita dan kaum manula Palestina yang menjadi korban percobaan senjata-senjata baru tersebut.
Itulah watak para pemimpin dan tentara Zionis yang tidak ada dalam hati mereka sebesar atom pun rasa kasian dan hormat terhadap warga Palestina khususnya dan bangsa Arab dan Muslim pada umumnya. Yang terpenting adalah bagaimana berhasil menemukan rahasia dan kejituan senjata mutakhir untuk melanjutkan perluasan pencaplokan dengan dukungan kuat sekutu-sekutunya terutama di Barat.
Itulah pemandangan umum yang selalu disaksikan di negri Palestina hampir saban tahun terlebih lagi sejak dimentahkannya hasil pemilu demokratis pada Januari 2006 yang memunculkan pemenang dari pihak yang tidak disenangi pemerintan zionis dan Barat. Sejak saat itu berbagai upaya dilakukan termasuk embargo dan serangan biadab untuk mematikan perjuangan di negeri para Nabi tersebut hingga akhirnya muncul tuntutan perubahan di dunia Arab pada awal tahun lalu.
Tuntutan perubahan yang muncul secara mengejutkan itu hingga saat ini berhasil melengserkan 4 pemimpin terutama rezim Mesir sekutu dekat Israel lewat lewat perjanjian Camp David pada 1978. Banyak pihak menilai bahwa persetujuan yang dibidani AS itu merupakan titik balik terpasungnya peran negeri Nil tersebut dalam membela kepentingan isu sentral bangsa Arab ini selama lebih dari tiga dekade belakangan ini.
Setelah sekitar setahun berlalu revolusi Arab yang muncul mengejutkan itu, diharapkan pula terus melahirkan kejutan-kejutan yang mengenangkan publik setempat dan bangsa-bangsa Muslim pada umumnya. Atau dengan kata lain, sebagaimna revolusi Arab muncul secara mengejutkan publik Arab dan Negara-negara Islam lainnya juga menunggu kejutan menggembirakan menyangkut isu Palestina pada 2012.
Negatif
Kita menggunakan ungkapan mengejutkan karena ada isyarat negatif menyusul pertemuan delegasi otoritas Palestina dengan Israel sejak awal tahun ini dan dilaporkan pula adanya pertemuan lanjutan hingga akhir bulan Januari yang disponsori Yordania. Pertemuan yang dimulai Selasa (03/01) tersebut berlangsung dalam suasana Israel sama sekali tidak menunjukkan sikap fleksibel untuk membuka peluang tercpainya perdamaian.
Sebagaimana diketahui, para pejabat otoritas Palestina sudah sering mengingatkan bahwa pihaknya berjanji tidak akan memulai perundingan lagi sebelum penghentian aktivitas pembangunan pemukiman Yahudi (baca: pencaplokan) di Tepi Barat termasuk kota Al-Quds Al-Sharif. Syarat lainnya yang diajukan otoritas adalah komitmen PM Israel, Benjamin Netanyahu untuk tunduk kepada resolusi PBB sebagai dasar perundingan.
Namun pertemuan di Amman tersebut menunjukkan bahwa janji otoritas itu telah dilanggar sendiri yang tentunya berdampak terhadap makin lemahnya posisi Palestina ke depan. Sikap otoritas itu langsung disambut hangat para petinggi Zionis dengan dikeluarkannya keputusan pemberian bantuan bagi pembangunan 5 ribu unit perumahan bagi para pemukim Yahudi di Al-Quds dan Tepi Barat dalam 3 minggu terakhir ini.
Meskipun mendapat banyak kritikan atas pertemuan itu, namun otoritas merasa langkahnya sudah tepat sebagai pertemuan pejajagan. Yang dikhawatirkan banyak pihak adalah penjajagan dimaksud dapat berakhir dengan pertemuan rahasia sebagaimana perundingan-perundingan sebelumnya yang menjadi sarana bagi otoritas memberikan konsesi demi konsesi tanpa imbalan apapun dari Israel.
Sebenarnya langkah otoritas tersebut tidak didasari perhitungan obyektif di lapangan yang seharusnya menjadi dasar keputusan apalagi yang terkait dengan perundingan dengan negeri Zionis tersebut. Prilaku Israel secara teori dan praktisi menunjukkan bahwa pemerintahan Netanyahu pada tahun 2012 akan semakin ekstrim dan keras kepala.
Banyak indikasi menunjukkan bahwa pada 2012 ini kemungkinan besar dilangsungkan pemilu yang artinya parpol-parpol garis keras yang menjadi koalisi partainya Netanyahu (Likud) akan semakin meningkatkan provokasinya terhadap Palestina guna meraih simpati para pemilih garis keras. Tentunya tidak ada pilihan lain bagi PM Netanyahu selain mengikuti tuntutan kaolisinya termasuk peningkatan jumlah pemukiman di wilayah pendudukan Palestina.
Yang menyedihkan juga, mengapa pertemuan itu berlangsung pada peringatan tahun ketiga pembantaian Gaza yang sangat biadab dengan penggunaan berbagai jenis senjata mutakhir dan terlarang internasional yang puing-puing kehancuran di wilayah itu masih dapat dilihat saat ini.
“Pembantaian biadab yang dilakukan zionis Israel diantaranya disebabkan sejumlah persetujuan yang tercapai lewat perundingan-perundingan serupa,” papar Dr. Haidar Eid, seorang analis Arab.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dikhawatirkan pula pertemuan Amman itu sebagai salah satu upaya menghidupkan kembali persetujuan Oslo 1993 dengan baju baru. Kekhawatiran lainnya adalah kemungkinan dapat berdampak terhadap dialog intern Palestina yang telah mencapai kemajuan penting yang sejatinya sangat mengkhawatirkan Israel dan sekutu-sekutunya.
Perluasan pencaplokan
Melihat sejumlah indikasi yang tidak menyenangkan itu, sumber-sumber di salah satu badan hukum Palestina memperkirakan bahwa tahun 2012 adalah sebagai tahun perluasan pemukiman Yahudi di Palestina. Prediksi tersebut sangat beralasan apalagi bila dibarengi dengan musim kampanye pemilu karena tuntutan utama parpol-parpol garis keras adalah perluasan pemukiman terutama di kota al-Quds.
Berdasarkan data yang ada, prosentase pembangunan pemukiman Yahudi di tanah Palestina pada 2011 meningkat 20 % dibandingkan pada 2010, yang tentunya peningkatan yang tidak bisa dinggap kecil. Diprediksi pula bahwa pembangunan pemukiman akan meningkat 25 % pada 2012 dari pembangunan pemukiman tahun 2011.
Peningkatan pembangunan pemukiman Yahudi tersebut pada 2012 juga sejalan dengan laporan dari Uni Eropa yang menyebutkan pula bahwa kota Al-Quds dan Ramallah sebagai lokasi yang paling banyak pembangunan unit-unit perumahan baru pada 2012. “Itu berarti upaya mewujudkan dua negara (Palestina-Israel) telah ditutup rapat oleh Israel sebab lokasi pemukiman meliputi 62 % Tepi Barat,“ papar laporan itu.
Bila demikian halnya, masalah Palestina pada 2012 masih akan tetap mengambang sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Yang mungkin berubah adalah negara-negara Arab yang sukses melengserkan pemimpin-pemimpin mereka yang dekat dengan Israel, secara politis dipastikan engubah sikap sebelum akhirnya benar-benar berada di front terdepan membela isu sentral umat Islam itu.
Sejumlah negara Arab yang berhasil melengserkan rezim lama terutama Mesir mungkin belum dapat diharapkan terlalu banyak karena masih fokus pada urusan dalam negeri. Namun demikian, tidak menutup juga kemungkinan ada kejutan menggembirakan bagi isu Palestina pada 2012 meskipun kemungkinan tersebut sangat sedikit.*/Sana`a, 3 R. Awwal 1433 H
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Yaman