MARILAH segera berbakti kepada orang tua dan membahagiakan keduanya setiap saat. Jadilah seperti mereka –orang-orang yang tidak ada duanya, sebelum Anda menyadari suatu hari akan datang kabar mengejutkan dari orang-orang di sekitar Anda yang berkata, “Semoga Allah menambah pahala bagimu. Ayah atau ibumu sudah meninggal.”
Sekarang ini, kita menemukan sebagian orang menghabiskan semua waktunya di luar rumah. Begitu masuk ke rumah, ia duduk di depan komputernya dan menyelesaikan tugas sekolah, kuliah, pekerjaan, atau menghabiskan seluruh waktunya untuk melakukan berbagai olah raga dan berbincang-bincang dengan orang yang dikenal atau tidak dikenalnya.
Ketika ia lewat di hadapan orang tuanya, dia mengucapkan salam lalu pergi untuk mengerjakan aktivitasnya. Dialog antara dirinya dan kedua orang tuanya adalah sebagai berikut:
Ibu: “Duduklah, ayo kita makan siang
Bersama.”
Anak: “Aku sudah makan di luar. Aku sibuk
Sekarang.”
Ibu: “Ayo minum teh dengan kami.”
Anak: “Insya Allah, sebentar. Aku pergi ke kamar dan akan kembali sebentar lagi.”
Kemudian, si anak duduk di dalam kamarnya menyelesaikan pekerjaannya dan larut dalam pekerjaannya tersebut. Ia lupa bahwa ibunya menunggunya untuk berbicara dengannya.
Kesibukan yang kita hadapi dan irama kehidupan yang berjalan dengan cepat yang saat ini kita jalani adalah hal yang paling banyak membuat tembok pemisah antar-generasi atau antara orangtua dan anak-anak. Jika ditambah dengan sikap mementingkan diri sendiri, maka hasilnya adalah kelalaian dan penyesalan tiada akhir terhadap kesempatan yang hilang.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kita tidak memasukkan waktu untuk berbicara dengan ibu dalam jadwal pekerjaan kita. Jadi, ketika ibu ingin berbicara dengan kita, maka kita pura-pura memberikan waktu untuknya. Begitu ibu mulai berbicara, ada perbedaan jelas antara pembicaraan kita dengan pembicaraannya. Pada umumnya kita sendiri mengakhiri pembicaraan, karena waktu yang kita luangkan telah habis.*/Dr. Majid Ramadhan, dari bukunya Do It Now.