Hidayatullah.com— Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail menghimbau masyarakat untuk sehari saja tidak makan nasi. Nasi bisa diganti dengan ubi kayu atau singkong, sagu, ubi jalar, umbi-umbian, serta jagung. Jika itu dilakukan, maka Indonesia bisa menghemat 22 juta ton atau setara Rp.161 triliun.
Demikian disampaikan Nur Mahmudi menandai peluncuran bukunya “One Day No Rice” (ODNR), Sabtu, 8 Maret 2014 di Panggung Utama Islamic Book Fair (IBF), Jakarta.
“Kalau semula kita makan tiga kali sehari semuanya nasi, lalu dirobah menjadi satu kali nasi dan dua kali karbohidrat non nasi (non beras) maka Indonesia akan memiliki cadangan beras sebanyak 22 juta ton atau setara Rp161 triliun,” ungkapnya.
Hal tersebut dikarenakan ada perubahan komposisi pengeluaran pangan seiring dengan diterapkannya gerakan tersebut. Dengan perhitungan tersebut, lanjut Nur Mahmudi, maka gerakan ODNR ini akan memberi dampak ekonomi yang besar kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena demand terhadap pangan sumber karbohidrat non beras akan meningkat.
“Indonesia tidak perlu impor lagi, bahkan Indonesia dapat mengalami surplus beras yang dapat diekspor keluar negeri sehingga dapat mendatangkan devisa bagi negara,” jelasnya.
Memang pada faktanya, ketergantungan yang tinggi terhadap beras atau nasi telah membuat pasokan dalam negeri tidak bisa mengimbanginya. Hal tersebut, lantaran telah terjadi fenomena sosial, di mana dampak monokultur beras akhirnya merubah pola pikir masyarakat Indonesia “belum makan kalau belum makan nasi”.
“Dengan adanya gerakan One Day No Rice, maka ketergantungan masyarakat terhadap beras dapat dikurangi sekaligus meningkatkan keanekaragaman pangan nasional dan masyarakat dapat lebih menghargai pangan lokalnya sebagai suatu kearifan,” pungkas dia.
Ia mencontohkan seperti Kabupaten Sangihe. Awalnya Kabupaten itu makanan pokoknya sagu dan singkong. Namun keberhasilan swa sembada beras, meningkatkan kebutuhan konsumsi nasi pulau tersebt. Akibatnya, impor beras dari Manado, Sulawesi Utara, meningkat. Tentu pengadaan beras menghasilkan biaya ekonomi Pemerintah Daerah yang tidak sedikit. Sangihe hanya salah satu contoh. Menurut Nurmahmudi, masih banyak daerah lainnya yang mengalami pergeseran kearifan lokal akibat Swa Sembada beras.
Pria asal Kediri itu menceritakan jika nasi ODNR sudah diterapkan diberbagai rumah makan dan restoran. Bahkan tidak hanya warung makan pinggir jalan saja, tapi juga beberapa restoran modern seperti Mang Kabayan, Bumbu Desa juga menyediakan nasi Jagung.
“Ini sudah diterapkan di rumah makan Simpang Raya, TikTok Van de Vok, Mang Kabayan, Bumbu Desa dan banyak lagi,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa nasi jagung atau nasi ODNR lebih sehat dan awet kenyang sebab tidak cepat langsung diubah menjadi gula darah dan aman bagi penderita diabetes.*