Hidayatullah.com–Para pendukung dari pemimpin Syiah terkemuka Muqtada al-Sadr menyerbu Green Zone Baghdad pada hari Sabtu sebelum mereka memaksa memasuki gedung partemen dimana mereka merusak jendela-jendela dan menghancurkan perabotan.
Demonstran pro-Sadr menyerbu pembatas yang didirikan di sekitar Green Zone, yang merupakan tempat sejumlah institusi negara penting dan kedutaan luar negeri berada.
Namun setelah beberapa jam, para pendemo, mulai meninggalkan bangunan parlemen yang mereka serbu, demikian lapor fotografer AFP dikutip Daily Sabah, Sabtu (01/05/2016).
Anggota dari kelompok milisi Sadr, Saraya al-Salam terlihat memerintahkan para pendemo untuk keluar dari kompleks parlemen, sekitar enam jam setelah mereka memaksa masuk ke wilayah Green Zone dimana pemerintah bermarkas.
Green Zone adalah Zona khusus ini sering jadi sasaran pengeboman dan tembakan roket bertahun-tahun dan penguatan ini dilakukan dengan tujuan keamanan. Green Zone adalah area seluas 10 km persegi yang terdiri dari perumahan dan gedung pemerintahan itu tidak boleh dimasuki publik karena alasan keamanan, sejak invasi Amerika ke Iraq tahun 2003.
Berbicara pada konferensi pers di kota Najaf (berlokasi sekitar 160 kilometer selatan Baghdad), Muqtada al al-Sadr menyuarakan penolakannya pada apa yang dia gambarkan sebagai “sebuah sistem politik yang gagal untuk menghimpun keinginan populer ke dalam penghitungan”.
Dia juga mengumumkan penundaan aktivitas dari blok politik miliknya “Ahrar”, yang memegang 34 kursi di parlemen, menyatakan bahwa Anggota Parlemen Ahrar akan menahan diri/tidak berpartisipasi pada sesi parlemen yang akan datang.
Dia menuduh, para pejabat korup “masih mencegah reformasi pemerintahan Iraq. Menteri-menteri kabinet… tidak mewakili kita; mereka mewakili pemerintah.”
“Terdapat tekanan besar pada [Perdana Menteri Haidar] al-abadi oleh pasukan sekte tertentu. Kami ingin menyingkirkan mereka dan menyerahkan kata terakhir pada rakyat,” ujar al Sadr.
Para demonstran, yang telah berkumpul di luar distrik fasilitas pemerintah dan banyak kedutaan asing yang dijaga ketat, menyebrang jembatan Sungai Tigris dengan meneriakkan, “Pengecut lari!” merujuk dengan jelas pada para pejabat yang meninggalkan parlemen, salah seorang saksi mata mengatakan pada Reuters.
Seorang penjaga di pos pemeriksaan mengatakan para demonstran tidak digeledah sesaat sebelum masul. Sekitar 10 anggota dari kelompok bersenjata yang loyal pada Sadr hanya memeriksa sepintas sementara pasukan keamanan pemerintah yang biasanya melakukan pemeriksaan seksama dengan anjing berdiri di sampingnya, saksi mata mengatakan.
Para demonstran mengibarkan bendera Iraq dan meneriakkan yel-yel “Damai, damai!”.
Beberapa dari mereka berdiri di atas pagar beton yang membentuk pembatas terluar dari Green Zone. Sedangkan ribuan lainnya tetap di luar pintu distrik tersebut.
Pendukung Sadr, yang pasukannya menguasai beberapa bagian di Baghdad dan membantu mempertahankan ibu kota dari ISIS, telah berdemonstrasi selama beberapa pekan di pintu gerbang Green Zone, merespon seruan dari pemimpin mereka untuk menekan pemerintah agar melakukan reformasi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Abadi ingin mengganti beberapa menteri – dipilih untuk menyeimbangkan divisi-divisi di sepanjang Iraq berdasarkan garis partai, etnis dan sekte – dengan teknokrat yang bertujuan untuk melawan korupsi; tetapi partai-partai politik telah menolak untuk melakukan pergantian. Abadi telah memperingatkan bahwa penundaan apapun dalam voting dapat memanaskan perang terhadap ISIS, yang mengontrol sebagian wilayah utara dan barat Iraq.
Rodaw TV memperlihatkan para demonstran beryel-yel dan berselfie ria di dalam ruang parlemen dimana beberapa saat sebelumnya para pejabat melakukan rapat.
Tidak lama setelah itu Perdana Menteri Iraq memerintahkan penangkapan para demonstran yang menyerbu masuk ke dalam gedung parlemen.*/Nashirul Haq AR