Hidayatullah.com– Pemerintah Arab Saudi secara resmi mengecam serangan udara Israel ke Iran yang dikelompokkan dalam operasi bernama “Operasi Rising Lion”.
Dalam pernyataan resmi di akun X @KSAMOFA, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutuk tindakan tersebut sebagai serangan militer, yang melemahkan kedaulatan dan keamanannya serta pelanggaran nyata hukum internasional.

“Kerajaan Arab Saudi menyampaikan kutukan dan kecaman keras atas serangan terang-terangan ‘Israel’ terhadap Republik Islam Iran, yang merusak kedaulatan dan keamanannya dan merupakan pelanggaran dan pelanggaran yang jelas terhadap hukum dan norma internasional,” demikian bunyi pernyataan di akun X @KSAMOFA, Jumat (13/6/2025).
Saudi menegaskan bahwa eskalasi militer di kawasan hanya akan meningkatkan risiko ketidakstabilan regional, merugikan masyarakat sipil, dan mengancam upaya diplomasi.
Dalam pesannya, Riyadh mendesak semua pihak untuk menahan diri maksimal dan kembali ke jalur dialog. “Kerajaan menegaskan posisi tetapnya menolak perluasan konflik dan eskalasi yang dapat menggoyahkan keamanan serta stabilitas kawasan,” jelas pernyataan resmi Saudi.
Arab Saudi menyampaikan kecaman itu atas beberapa alasan utama: Solidaritas Muslim dan regional kareena Iran dipandang sebagai negara sesama Muslim yang berperan penting di kawasan.
sebagaimana diumumkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan juru bicara militer IDF, penjajah meluncurkan” Operasi Rising Lion”, yang diklaim sebagai serangan preventif intensif yang ditujukan program nuklir Iran, termasuk fasilitas pengayaan Natanz, Pusat pengembangan rudal balistik, seperti di sektor Isfahan, komando militer penting, meliputi bunker kendali dan target komandan tinggi IRGC.
Termasuk menarget individu kunci, di antaranya dua ilmuwan nuklir senior dan tokoh militer Iran, termasuk Mayjen Hossein Salami dan Mayjen Mohammad Bagheri.
Serangan juga melibatkan lebih dari 200 jet tempur dan puluhan drone, menabrak sejumlah daerah sipil serta instalasi strategis di Teheran.
Netanyahu menyebut ini sebagai “tindakan tegas untuk meredam ancaman eksistensial Iran,” dan bahwa operasi akan berlanjut “selama diperlukan,” sambil Israel menaikkan status darurat negara untuk menghadapi kemungkinan balasan rudal dan drone dari Teheran.*