Hidayatullah.com– Begitu mendengar suara seorang pria, para penumpang yang tadinya duduk dan berdiri tenang langsung sibuk.
Sore itu, suasana di dalam kereta rangkaian listrik ini seperti hari-hari kerja biasa. Ratusan penumpang memadati gerbong-gerbong KRL di waktu pulang kerja. Mereka rata-rata warga yang meninggalkan DKI Jakarta setelah bekerja seharian.
Tiba-tiba, dari alat pengeras suara, terdengar pengumuman yang disiarkan ke segenap penjuru KRL. Pengumuman ini laksana azan atau bedug Maghrib, dinanti-nanti sebagian besar penumpang yang berpuasa.
“Kami beritahukan bahwasanya saat ini telah masuk waktu Maghrib,” demikian kurang lebih informasi dari petugas.
Karuan saja, sebagian besar penumpang langsung sibuk bersiap berbuka puasa. Tentu tak sibuk-sibuk amat. Karena mereka tampaknya sudah mempersiapkan diri untuk berbuka.
Selasa, 4 Ramadhan 1438 H (30/05/2017) itu, pantauan hidayatullah.com, para penumpang berbuka dengan berbagai macam makanan dan minuman. Mulai kurma, susu kemasan, teh botol, kue-kue, buah pepaya potongan, dan lain sebagainya. Mereka memang membawa bekal berbuka masing-masing.
Namun selama Ramadhan, umat Islam khususnya yang berpuasa diberi kebijakan atau keistimewaan khusus.
“Selama berbuka puasa kami perkenankan Anda untuk makan dan minum di atas kereta,” terang petugas masih lewat pengeras suara.
Suara “kemeresek” pun terdengar dari berbagai sudut gerbong yang ditumpangi awak media ini. Apalagi yang kebagian kursi, tentu lebih nyaman berbuka sambil duduk. Sementara yang tak kebagian tempat duduk, meski berdesak-desakan berdiri, tapi tampak tak mengurangi kenikmatan mereka menyantap hidangan masing-masing.
Baca: Ramadhan di Kairo, Kereta Listrik Seperti Masjid dan Tempat Iktikaf
Saat itu sekitar pukul 17.48 WIB, KRL jurusan dari Jakarta ke Kota Bogor, Jawa Barat, ini sedang melaju dari Stasiun Pondok Cina menuju Stasiun Depok Baru.
Di Stasiun Depok Baru, penumpang banyak yang turun. Suasana gerbong pun mulai longgar. Tampak sejumlah penumpang lain yang naik ke kereta membawa makanan masuk gerbong. Lantas, terlihat tiga orang pria duduk berjongkok di lantai. Sepertinya ini “keistimewaan” lainnya bagi orang yang berpuasa di KRL.
Tiga orang tersebut pun tampak asyik menikmati dan berbagi gorengan. Sepertinya mereka sedang menyelesaikan agenda berbuka puasanya yang belum tuntas atau baru dimulai.
“Atas kerja samanya kami ucapkan terima kasih,” tutup petugas masih lewat pengeras suara.
Seturunnya dari kereta, para penumpang sebagian langsung menuju mushalla di kawasan Stasiun Citayam, Bogor.
Tampak dalam pantauan hidayatullah.com, mushalla di sini saat itu tak henti-hentinya diramaikan para pengguna jasa KRL, maupun staf petugas PT KAI, untuk menunaikan shalat Maghrib.
Luas mushalla yang tidak seberapa mengharuskan jamaah shalat bareng bergantian. Begitu pula di ruang shalat khusus kaum hawa yang terpisah.
Di tengah hilir mudik KRL dengan rentetan suara gerbongnya saat melintasi stasiun, kesakralan ibadah tetap terasa. Bacaan al-Fatihah dan surat-surat lainnya oleh imam mushalla tetap terdengar jelas.
Namun begitu, bagi banyak kaum Muslimin yang sehari-hari bekerja di DKI Jakarta, contohnya, seringkali harus berbuka puasa di tengah perjalanan termasuk di atas KRL.*