Hidayatullah.com | RAMADHAN sudah memasuki minggu kedua. Sepekan pertama, shaf di mushalla penuh hingga luber. Seminggu berikutnya, semakin maju.
Sepekan terakhir, tinggal beberapa shaf saja tersisa. Sementara anak-anak masih tetap datang ke masjid, tapi bukan untuk shalat, melainkan berkejaran dan main petasan.
Inilah tantangan para orangtua, bagaimana memotivasi anak supaya tetap istiqamah semangat beribadahnya. Tidak hangat-hangat tahi ayam. Tidak cepat bosan dan berputus asa.
Bukankah justru di sepuluh malam terakhir Allah menurunkan sajian hidangan Ramadhan dengan menu spesialnya? Berbagai macam diskon dan bonus sudah diberikan semenjak awal Ramadhan, dan semakin diperbesar menjelang akhir-akhir Ramadhan.
Sistim bonus dan diskon yang diberikan Allah sudah tepat, dengan memperbesarnya di bagian akhir. Justru orangtua yang masih banyak belum menerapkannya.
Istimewanya Sepuluh Hari Terakhir
Anak-anak pun perlu diajak untuk mengerti ritme kehidupan yang sudah diatur oleh Allah ini. Setelah melewati separuh bulan Ramadhan, bisa jadi semangat mulai kendor, jiwa pun mulai bosan.
Maka sudah waktunya mereka untuk diajak menjalankan ibadah yang memiliki sensasi keasyikan yang baru. Selain ibadah iktikaf, Allah pun menyediakan keutamaan malam Lailatul Qadar bagi siapa yang berkehendak menjemputnya.
Lailatul Qadar adalah suatu malam yang keutamaannya lebih dari seribu bulan. Barangsiapa yang beribadah di malam tersebut, maka ibadahnya akan dinilai setara seribu bulan.
Jika kita menyempatkan shalat dua rakaat saja di malam tersebut, sudah setara dengan shalat dua rakaat selama 80 tahun! Siapa yang tak tergiur oleh tawaran ini?
Namun demikian, mengajarkan Iktikaf dan menggapai keutamaan malam Lailatul Qadar kepada anak, masih jarang dilakukan oleh orangtua. Padahal, ibadah-ibadah tersebut cukup unik dan jika dipersiapkan dengan baik, akan menjadi pengalaman berharga yang tak terlupa bagi anak.
Pengalaman Ibadah yang Berkesan
Cara untuk membuat anak mencintai puasa, adalah dengan memberikan pengalaman puasa Ramadhan yang berkesan bagi mereka. Karena ketika otak mereka mengalami suatu peristiwa dengan sensasi menggembirakan, maka otak akan merekamnya secara positif masuk ke bawah sadar, sehingga lebih mudah mempengaruhi jiwa dan karakter mereka menjadi positif pula.
Itu sebabnya, orangtua perlu kreatif merancang kegiatan dan permainan selama bulan Ramadhan agar kegembiraan anak bisa mengalahkan rasa laparnya.
Menanamkan kecintaan Anak pada masjid
Kita merindukan suasana anak-anak berlari bekerjaran di sekitar masjid di sore hari. Mereka sedang memanfaatkan waktu istirahat mengajinya untuk bermain bersama teman-teman mengaji.
Berkejaran, saling dorong, berebut kain sarung, lantas terjatuh bergulung-gulung saling menindih. Lantas tertawa terbahak-bahak bersama. Kompak dan mengharukan.
Anak-anak ini menghabiskan waktunya setiap sore untuk mengaji di masjid, dan tentu saja sambil bermain di sana. Dan sebagian besar waktu bermain mereka pun habis di sekeliling masjid.
Wajar jika menaruh harapan besar bahwa dengan aktifitas iktikaf, kita bisa mengembalikan keceriaan anak-anak ini di dalam masjid. Menumbuhkan kembali kecintaan mereka terhadap masjid, melalui pengalaman demi pengalaman yang mengikat hati mereka terhadap masjid.
Para pengurus masjid seharusnya punya kepekaan ini. Jangan usir mereka dari masjid hanya karena sedikit berisik. Tinggal diatur dan dikelola agar anak-anak tetap merasa senang, gembira tanpa mengganggu kekhusu’an orang lain.
Kreatifitas Iktikaf untuk Anak
Tujuan mengajak anak beribadah iktikaf adalah menanamkan kecintaan terhadap masjid dan ibadah iktikaf. Berarti orangtua harus mampu memberikan pengalaman positif dan menyenangkan bagi anak seputar ibadah iktikaf dan seputar masjid. Maka, harus diperhatikan apa kesukaan anak sesuai dengan perkembangan usianya.
Untuk anak-anak usia sekolah dasar, paling menyenangkan bagi mereka jika mereka mengikuti program iktikaf bersama teman-temannya seumur. Karena di usia mereka, sedang tumbuh kuat naluri pertemanan yang biasanya terealisasi dalam bentuk ‘gang’ atau kelompok tertentu. Maka iktikaf bersama teman sesama kelompok mengaji, teman halaqah, teman sekelas, akan memberikan pengalaman tak terlupa bagi mereka.
Kegiatan ibadah selama iktikaf bisa dalam bentuk tadarus bersama, saling menyimak, atau memperbaiki tajuid bacaan Qur’an serta belajar mengaji dengan nada tertentu. Membuat kelompok diskusi bisa menjadi selingan jika lelah mengaji. Di usia ini, biasanya anak tertarik untuk membahas fenomena alam, atau kejadian-kejadian aktual di tengah masyarakat, untuk diangkat menjadi topik diskusi sebagai selingan kegiatan iktikaf.
Bagi anak yang lebih kecil, di tingkat TK atau SD awal, mereka belum bisa berlama-lama belajar mengaji, maka ijinkanlah mereka membawa mainan kesayangan mereka, sepanjang tidak mengganggu orang lain. Bisa jadi juga mereka masih akan keluar masuk masjid, dan itu lebih baik daripada mereka berlarian atau berbuat keributan di masjid dan mengganggu konsentrasi ibadah orang lain.
Memberikan aktifitas yang lebih tenang, seperti membaca buku dan mewarnai gambar, adalah alternatif yang lebih baik jika anak menyukainya.
Dengan beragam alternatif kegiatan yang bisa menjadi pengisi waktu selama iktikaf, maka ibadah yang satu ini bisa dijadikan ibadah keluarga. Berapa pun usia anak, bisa diajak untuk belajar iktikaf. Dengan diberi kebebasan memilih kegiatan ibadah sesuai tingkatan usianya.
Menjemput Keutamaan malam Lailatul Qadr
Orangtua bisa mengumpulkan buku-buku cerita yang mengisahkan tentang malam lailatul qadar sebagai bahan bantuan untuk menjelaskannya kepada anak. Juga kisah-kisah para sahabat Rasulullah ﷺ seputar upaya menggapai kemuliaan Lailatul Qadar.
Ceritakan kepada anak, janji-janji yang Allah berikan kepada siapa yang menghabiskan malam demi malamnya di sepuluh hari akhir Ramadhan untuk beribadah, dengan hadiah berupa ganjaran pahala yang setara dengan seribu bulan.
Ajak mereka berusaha sekuat mungkin menahan kantuk untuk shalat dan membaca Al Qur’an. Sediakan bekal makanan kecil yang menyenangkan buat mereka berikut minuman hangatnya.
Tak mengapa pula jika mereka hanya mampu bertahan sebentar untuk mengaji untuk kemudian sudah tertidur lelap, namun sudah dengan niat untuk menggapai keutamaan Lailatul Qadar.
Jika mereka beribadah di rumah, ijinkan mereka beribadah mengisi malam dengan menonton film islami, mendengarkan murattal di televisi atau bahkan sekali-sekali mendengarkan nasyid islami. Bagi mereka, ini pun merupakan satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempelajari al Islam.*/Ira Istadi, Ibu Rumahtangga