Hidayatullah.com– Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang paling dinantikan oleh umat Muslim seluruh dunia. Karena kita semua tahu, bahwa pada bulan ini memilik banyak sekali kemuliaan.
Begitu pun kami, mahasiswa yang belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Banyak yang menarik ketika kita berbicara mengenai Ramadhan di Negeri Kinanah ini. Apa saja itu?
Di antaranya, pertama, ketika bulan Ramadhan tiba, banyak sekali maidaturrahman, yaitu hidangan buka puasa yang biasanya terdiri dari nasi, daging atau ayam goreng, sup kacang, dan sayur.
Biasanya maidaturrahman ini terletak di pinggir jalan atau di masjid. Hidangan ini biasanya disediakan untuk ratusan orang. Dan kalau Anda belum tahu, bahwa tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala. Sehingga Ramadhan di Mesir tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya maidaturrahman.
Baca: “Ramadhan di Birmingham, Anak Saya Berpuasa Sendirian di Kelas”
Tentu bagi kami mahasiswa Indonesia yang sedang merantau mencari ilmu di Mesir, ini merupakan rezeki dan kesempatan yang paling ditunggu saat Ramadhan tiba. Bagaimana tidak, di samping hidangan yang enak dan mengenyangkan, tentu adanya maidaturrahman bisa menghemat pengeluaran kami sebagai mahasiswa.
Oh iya, maidaturrahman ini tidak akan Anda dapatkan selain di bulan Ramadhan saja loh ya….
Yang kedua, banyak sekali dermawan Mesir yang membagikan musa’adah (bantuan berupa uang) kepada mahasiswa asing. Orang Arab secara umum, khususnya orang Mesir, terkenal sangat pemurah, terutama pada bulan suci Ramadhan.
Dan tentu saja ini yang paling banyak digandrungi oleh mahasiswa asing, terutama orang Indonesia. Biasanya, para dermawan ini membagikan musa’adah di masjid atau di tempat lainnya semisal toko milik mereka dan sebagainya.
Bantuan uang yang diberikan oleh mereka pun bervariasi, mulai dari 20 pound Mesir (1 pound Mesir = Rp 735) hingga 300 pound Mesir.
Uniknya lagi, entah kenapa hampir di setiap tempat yang terdapat pembagian musa’adah, pasti orang Indonesia yang mengantre paling banyak. Haha….
Baca: Umat Islam Pakistan Berpuasa di Bawah Suhu 46 Derajat Celsius
Yang ketiga, lampu hiasan yang disebut dengan fanush. Lampu ini juga hanya ada pada saat bulan Ramadhan saja loh ya.
Dan biasanya lampu ini memiliki banyak variasi bentuk dan berwarna-warni. Lampu hiasan ini melambangkan antusiasme masyarakat Mesir menyambut bulan suci Ramadhan. Biasanya fanush digantung di toko atau di rumah.
Oh iya, ini info bagi pembaca hidayatullah.com yang belum tahu.
Jadi, setiap bulan Ramadhan di Mesir itu pasti bertepatan dengan musim panas yang cukup menantang bagi orang Indonesia. Pasalnya, panasnya bisa sampai mendekati 42 derajat celsius. Ditambah lagi, dengan panjangnya siang dan pendeknya malam. Karena ketika musim panas tiba, waktu subuh jam 3 dan waktu maghrib jam 7 petang.
Dan yang lebih luar biasanya lagi, baru kali ini ujian di Universitas Al-Azhar juga bertepatan dengan Ramadhan 1438 H dan musim panas.
Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami yang harus berjuang menempuh ujian, sambil berpuasa yang panjang dan menghadapi panasnya Kota Kairo yang menyengat. Tapi semoga saja hal tersebut menambah ganjaran pahala puasa kami tahun ini. Aamiin!* Kiriman Ahmad Zaki Ibrahim, mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo asal Depok, Jawa Barat, untuk hidayatullah.com