Hidayatullah.com– Meski jauh terbentang dipisahkan dua benua, atmosfer keceriaan dan kebersamaan Hari Raya Idul fitri ala Nusantara begitu terasa di Negeri Dua Nil, Sudan.
Kesan itu tak lain terekam pada suasana pelaksanaan shalat Id dan silaturahim bersama yang digelar oleh KBRI Khartoum dan DWP Khartoum pada hari Ahad (25/06/2017).
Ratusan warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Sudan memadati halaman Wisma Duta KBRI Khartoum seraya bertakbir, tahmid dan tahlil kepada Allah. Mereka terdiri dari staf kedutaan, pasukan Formed Police Unit (FPU) IX, pasukan Indonesian Battalion (INDOBAT) III, mahasiswa/i Indonesia, tenaga kerja Indonesia (TKI), pekerja profesional, serta beberapa warga asing.
Sebelum pelaksanaan shalat Id, panitia zakat PPI Sudan diwakili Imam Syahid maju menyampaikan hasil pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah dengan catatan terkumpul 16 ribu pound uang dan puluhan liter beras.
Jam 07.42 waktu setempat, shalat Id dimulai. Taufiqurrahman Surya, salah seorang ustadz dari kalangan mahasiswa, maju sebagai imam shalat id dan ustadz lainnya, Dr Afifullah Rifai -staf KBRI- bertindak sebagai khatib.
Dalam khutbahnya, Afif sapaan akrabnya, menyampaikan, puasa merupakan momentum untuk membersihkan diri dari penyakit hati seperti kesombongan, riya, dan bakhil.
Baca: BMH dan Muslimat Hidayatullah Tebar Bingkisan Lebaran Dhuafa di Lerang Merapi
Ia menambahkan, berakhirnya Ramadhan tidak berarti berakhirnya amal ibadah. Karena ibadah tidak mengenal waktu. Ramadhan adalah tempat persinggahan untuk kembali beramal shaleh, setelah sekian lama larut dengan kehidupan duniawi.
Setelah khutbah Id, Duta Besar RI untuk Sudan dan Eritrea, Burhanuddin Badruzzaman, maju memberikan sambutan kepada WNI di Sudan. Dalam sambutannya, ia mengajak warga Indonesia di Sudan untuk menjadi yang terbaik di tengah sesama manusia, karena itulah karakter Islam yang rahmatan lil alamin.
Burhanuddin juga mengharapkan, khususnya mahasiswa Indonesia sebagai penerus bangsa, untuk meneruskan perjuangan dan mempertahankan bangsa Indonesia di bawah ridha Allah, agar menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Di akhir rangkaian acara, pengamatan hidayatullah.com, Mujib selaku pembawa acara mempersilakan para hadirin beramah-tamah dan bersalaman dengan Bapak dan Ibu Dubes.Tak lupa mereka juga memanfaatkan momentum besar ini untuk berfoto bersama.
Baca: Lebaran di KBRI Islamabad: Sholat Ied dan Makan Bersama
Berbagai hidangan makanan dan minuman lezat Indonesia, yang langka di Sudan, tersaji melengkapi momentum indah tersebut. Seperti opor ayam, kering tempe, sayur daun singkong, teri kentang, telur balado, kue nastar, dan masih banyak lagi.
Hidangan tersebut tentu menjadi obat perindu masyarakat Indonesia di Sudan khususnya mahasiswa. Sebut saja Abu Zaid, mahasiswa yang sudah 3 tahun bermukim di Sudan.
Ia mengaku sangat senang jika berlebaran di wisma, selain bisa silaturahim sesama WNI, juga sebagai momentum penawar rindu makanan Indonesia yang ia tidak dapatkan di asrama kampusnya di Sudan.
Tidak berbeda dengan Aisyah, mahasiswi yang baru beberapa bulan di Sudan. Ia mengaku senang, selain bisa bertemu dengan teman-teman, juga sebagai ajang bertemu dengan WNI yang ia belum kenal .
Hingga 2017, setidaknya ada 800 mahasiswa/i yang berkuliah di Sudan dan diperkirakan sekitar 200 calon mahasiswa Sudan akan datang ke negeri Arab-Afrika ini pada pertengahan tahun 2017.* Kiriman Abdurrahman Sibghatullah, kontributor hidayatullah.com di Sudan