Hidayatullah.com–Bagi kita di tanah air, barangkali tak asing lagi dengan tradisi musik keliling khas sahur di beberapa kota, umumnya di Pulau Jawa untuk membangunkan warga bersahur. Nah, ternyata aksi unik ini juga ada di sekitar Coney Island Avenue, Brooklyn, Amerika Serikat. Di kawasan ini umumnya disesaki oleh imigran asal Pakistan. Salah satu warganya, Muhammad Boota namanya, kerap keliling kota menjelang sahur lengkap dengan seperangkat alat musik dan pakaian khas Pakistannya.
Saban tengah malam, persis beberapa jam sebelum sahur tiba, Muhammad Boota bersegera bangkit dari tidurnya. Lalu mengenakan busana tradisional ala Pakistan, meraih alat musik drum, selanjutnya mengendarai mobilnya menyusuri jalanan Brooklyn di New York. Tujuannya adalah membangunkan warga muslim yang bermukim di sekitar kawasan itu untuk sahur. “Mereka selalu menunggu kedatanganku,” kata imigran berdarah Pakistan itu kepada New York Times dan dikutip Islamonline (13/9).
Tradisi keluarga
Itulah kegiatan rutin Muhammad selama bulan puasa. Dia berkeliling jelang sahur dengan musik dan busana khasnya. Di kala istrinya, Mumtaz menyiapkan makan sahur, Muhammad dengan setia berkeliling sepanjang Coney Island Avenue, tempat dia tinggal.
Rute perjalanannya seakan sudah terjadwal dengan rapi. Mula-mula dia singgah di Bismillah Food, sebuah toko kelontong kecil milik seorang muslim Pakistan. Selepas mengucapkan salam, Muhammad pun berdiri di depan toko, menghidupkan lampu yang dibawanya, dan mulai memainkan drumnya. Lalu Muhammad melanjutkan perjalanan hingga ke pelosok kota yang ada warga Islamnya. ”Irama musiknya sangat khas hingga semua warga muslim disitu hapal dengannya,” ujar salah seorang warga.
Bagi Muhammad, yang pindah ke AS tahun 1992 silam, aksi keliling dengan memainkan drum sebelum sahur bukan cuma tradisi selama Ramadan. Tapi juga sudah jadi tradisi keluarganya turun temurun sejak di Pakistan.
Generasi ke-7
Patut dicatat, dia merupakan generasi ke-7 di Pakistan yang menjalankan tradisi unik jelang sahur dengan musik khas itu. Bahkan saat ini dia sedang menyiapkan anak laki-laki tertuanya, Sher. Sher yang telah berusia 20 tahun sering diajak turut serta kala keliling Brooklyn.
Muhammad sendiri telah menjalankan tradisi itu sejak 2002. ”Tak semua warga senang dengan caraku ini,” kata dia saat ditanya respon warga setempat. ”Banyak juga yang komplain. Bahkan ada yang menghardik. Ada apa ini? Apa yang kamu kerjakan di tengah malam begini? Bahkan ada warga yang meneriakiku lalu menelpon polisi. Ya, mereka tidak tahu ini bulan Ramadan,” imbuh Muhammad lagi. Saban tahun, seperti diakuinya, tiap Ramadan, ada saja para tetangga yang melarangnya untuk melewati kawasan itu.
Akhirnya Muhammad membatasi kegiatan tersebut hanya bagi warga muslim di kawasan Coney Island Avenue , tempat dimana mayoritas imigran Pakistan bermukim.
Agar tetangga yang non-muslim tak terganggu, dia mengurangi volume suara musik dan memainkan drum hanya sekitar 15 hingga 20 detik di tiap lokasi. “Ya, aku cuma bangunin warga Pakistan saja supaya yang lain tidak terganggu,” kata dia lagi.
Little Pakistan
Komunitas Pakistan di Brooklyn boleh dikatakan sangat menyolok. Terutama di wilayah Coney Island Avenue . Kawasan itu bahkan sering dijuluki sebagai Little Pakistan. Di sana kita bias temukan segala macam rupa pernak pernik ala Pakistan . Dari musik, pakaian, pendidikan hingga perayaan hari besar dan karnaval.
Pakistan Day Parade (PDP) di New York dan Pakistan Day Mela (PDM) di Brooklyn adalah dua even besar yang sangat ditunggu-tunggu disana. Biasanya digelar pada bulan Agustus tiap tahunnya. Acara PDP diwarnai oleh aneka rupa seni budaya Pakistan di era 80-an sementara PDM tahun-tahun setelahnya.
Ada sekitar 30.000 jiwa warga Pakistan tinggal di Coney Islam Avenue . Kawasan itu juga dikenal dengan sebutan CIA (singkatan dari Coney Island Avenue). Kebanyakan mereka (hampir 90%) tinggal di sana dengan menyewa apartemen atau sejenis rumah susun kalau di kita. Hanya beberapa dari kalangan pendahulu yang memiliki rumah sendiri. Hingga sebagian besar apartemen di situ penghuninya adalah kental dengan wajah Pakistan .
Kini telah banyak perubahan yang terjadi disana, terutama pasca kejadian aksi teror 9/11. Banyak warga Pakistan yang eksodus selepas meningkatnya investigasi FBI. Ada yang menduga mereka pindah ke Kanada, sebagian besar malah balik ke Pakistan . Begitupun, banyak pula yang tetap bertahan dan tentu saja kehidupan ala Pakistan tetap tak berubah hingga kini.Begitulah. [Zulkarnain Jalil/hidayatullah.com]