RAMAINYA perbincangan publik terkait dua hal yang akhir-akhir ini dibicarakan baik dikalangan media dan masyarakat luas, terutama terkait tokoh kontroversial Irshad Manji dan Lady Gaga. Maka dengan ini Badan koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Jabotabeka-Banten (Badko HMI Jabotabeka-Banten), perlu memberikan respon atas beragam opini yang berkembang di masyarakat, khususnya terkait dengan posisi Islam dalam memandang kesenian.
Pertama, di dalam ajaran Islam tidak ada satupun ayat yang membatasi kebebasan seseorang dalam rangka mengekpresikan sebuah keindahan yang dirinya lihat dan rasakan. Adapun persoalan batasan keindahan ini, memang menurut beberapa ahli tafsir masih menjadi bahan perdebatan yang hingga kini menimbulkan berbagai aliran kesenian dalam Islam.
Pointnya, Islam bukanlah agama yang melarang atau membatasi kebebasan berekspresi seseorang. Selama sesuai dengan keyakinan dan ajaran Al-quran dan sunnah setiap pribadi muslim diperbolehkan mengeluarkan ekpresi sesuai dengan minat dan bakatnya.
Bahkan, sejarah Islam sendiri memperlihatkan beragam ekspresi kesenian yang dilahirkan para pemikir Islam di masa kejayaan Islam beberapa abad lalu.
Islam sejalan dengan ketinggian budaya yang melahirkan kesenian tinggi yang kemudian ditiru bangsa Barat pada masa Rennaisance.
Kedua, HMI menyayangkan adanya propaganda yang digembar-gemborkan oleh oknum tertentu guna menyudutkan Islam sebagai kambing hitam diskusi dan terancam batalnya konser Lady Gaga yang dilakukan secara serampangan dan tanpa dasar. Melihat kondisi ini, maka HMI dengan tegas meminta kepada seluruh pihak untuk menghormati perbedaan pandangan dengan cara yang santun dan terukur. Tidak menggenaralisir salah satu kelompok yang kemudian dikaitkan dengan agama tertentu, apalagi Islam.
Sebab, penggiringan opini ini tentu merugikan citra Islam di mata umat Indonesia.
Apalagi, berita pelarangan diskusi dan kemudian pembatalan konser Lady Gaga diiput luas media asing. Karena itu, kami meminta agar para pihak terutama mereka yang mempropagandakan Islam sebagai agama anti kebudayaan dan kesenian, menghentikan segala macam statemen yang berujung pada kemarahan umat terutama dikalangan aktivis HMI seluruh Indonesia. Sebab, kami menyadari, berdasarkan kajian dan pengamatan yang kami lakukan, usaha penyudutan Islam sebagai agama yang tidak toleran, anti kebudayaan/keseniaan—merupakan pekerjaan sistematis yang dilakukan musuh-musuh Islam dengan menggunakan semua isu yang ada guna memancing perdebatan yang ujungnya mendangkalkan umat Islam Indonesia seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Ketiga, HMI menyayangkan tindakan kekerasan atas nama agama apapun itu. Persoalannya, kekerasan yang dilabelkan dengan agama tertentu seharusnya dilihat dalam konteks yang tidak saja persoalan Islam. Tapi lebih mendalam yaitu bagaimana aparatus pemerintah dalam hal ini pihak kepolisiaan dianggap tidak menjalankan fungsinya sebagai penjaga ketertiban dan keamanan masyarakat.
Peran polisi dalam memberantas penyakit masyarakat masih jauh dari harapan. Prostitusi yang meresahkan masyarakat sekitar mestinya ditangani oleh polisi. Namun, harapan itu justru tidak menjadi kenyataan. Sehingga fungsi tersebut diambil alih oleh ormas yang sialnya berlabelkan agama tertentu.
Artinya, kekerasan, penggerebekan dan pembubaran sebuah tempat yang kemudian berujung pada tindakan anarkis, mestinya menjadi otokritik pada pemerintah agar mengoptimalkan peranannya sebagai penjaga keamanan masyarakat. Bukan malah membiarkan tindakan ini terus terjadi. Akhirnya hanya merugikan citra kepolisiaan dan agama tertentu.
Rudy Gani
Ketua Umum Badko HMI Jabotabeka-Banten