Bismilllahirrahmanirrahimm
SURAT ini saya tulis saat negeriku tak kunjung membaik, apa yang dapat kulakukan sebagai anak bangsa ini ketika setiap posting kebaikan dianggap kesalahan, postingan Islam banyak yang tak senang, fatwa lembaga ulama yang sah tidak juga didengar, serta persatuan umat Islam banyak yang menentang .
Namun anehnya, postingan yang menentang Islam disetujui, pendapat tokoh melawan Islam digandrungi, serta langkah kelompok yang menyudutkan Islam di apresiasi .
Keanehan ini akan terus berlanjut ketika mereka tak kunjung sadar, Keadilan hanya bualan belaka bagi mereka yang tak punya kuasa,
Di saat penjahat berkeliaran yang melaporkan malah dipidanakan.
Wahai Pak Polisi, wahai penguasa yang ‘sesungguhnya tak berkuasa’ di negeri ini, tak cukupkah bukti yang nampak, tak cukupkah pengalaman yang ada, tak cukupkah sikap yang akan terus dirasakan menyakiti rakyat?
Dimana rasa keadilanmu dan tanggungjawab amanahmu yang kau sumpah didepan kitab suci untuk negeri ini?
Tahanlan diri, jangan mudah berkata makar kepada rakyat yang hendak berdoa, sholat Jumat (meski itu di jalan). Tuduhan tanpa adanya bukti adalah ucapan kurang pantas yang keluar dari salah satu kepala instansi penting negeri ini.
Sudah cukup luka kita semua, sudah cukup gelisah kita semua. Jangan lagi ada kasak-kusuk di warung, pasar, kampung-kampung bawah institusi penting kita dianggaap ‘makar terhadap rakyat’ karena dinilai melindungi penista agama yang telah terbukti menjadi tersangka dan memfitnah Aksi 411.
Sungguh saya cinta polisi. Tetapi tidak ridho jika dicaci –apalagi dianggap– sebagai pelindung penista agama, sekali-kali tidak!
Lalu jangan jadikan alasan menganggu kepentingan publik untuk melarang aksi ini! Jangan jadikan perbedaan pendapat ulama terkait hokum shalat Jumat di jalan untuk melarang aksi ini!
Jangan jadikan alasan apapun untuk melarang aksi ini, karena rakyat sudah pintar dan akan mudah membalasnya.
Polisi Akan Bubarkan Aksi 2 Desember Jika Dilaksanakan di Jalan Protokol
Lihatlah, ketika rakyat didzolimi media, akrobat ‘politik kunjungan’ ke sana-sini, justru mereka saat ini menemukan tempatnya di media sosial dan whatsapp. Media ini menjadi alat pintar yang tak mudah dihadang siapa saja, lebih cepat dari televise (yang selama ini mudah ditutupi penguasa atau pengusaha pro politisi busuk).
Bagaimana Anda melarang orang berdoa di jalan tetapi membiarkan acara car free day tiap minggu dan acara malam Tahun Baru tiap tahun?
Rakyat akan berjalan dengan logikanya bahwa Anda membiarkan acara maksiat dan tidak mengangga menganggu kepentingan public, sementara sholat Jumat di jalan yang bernuansa ibadah justru dilarang dengan alasan mengaanggu ketertiban umum. Dimana logikanya?
Wahai para penguasa, ketika agama apapun dinista, maka sesungguhnya ia telah menistakan bangsa dan Negara ini. Kebhinekaan apa yang engkau inginkan dengan membiarkan penista berkeliaran bebas, bahkan dibela media-media raksasa di negeri ini?
Berhentilah melakukan pembodohan melalui media!
Stop diskriminasi kepada Islam dan keadilan!
Stop pembiaran terhadap kejahatan!
Kalian dilantik untuk mengayomi dan melindungi rakyat bukan untuk membela dan melindungi penista.
Kembalilah dengan hati nurani bersama rakyat, kembalilah ke jalan kebenaran agar kalian akan selalu dan terus dicintai rakyat.
Semoga surat cinta ini saya buat dengan penuh kasih sayang dengan harapan datangnya taufik hidayah dan inayahnya kepada seluruh pemimpin di Negeri ini, khususnya siapapun yang berwenang dalam kasus ini.*
Cirebon, 24 November 2016
Muhammad Riski |[email protected]